Pertempuran antara Jepang dan rakyat Indonesia di Semarang pun terus berlangsung sampai hari telah berganti.
Tanggal 16 Oktober 1945, pasukan Jepang berhasil merebut penjara Bulu sekitar pukul 16.30.
Sejak saat itu, anak buah Mayor Kido semakin menggila dan terus melakukan serangan sampai tanggal 19 Oktober 1945.
Pada tanggal 19 Oktober 1945, sempat terjadi gencatan senjata antara kedua belah piak, tetapi hal ini tetap tidak memadamkan situasi yang sedang genting.
Baca juga: Tentara Keamanan Rakyat: Pembentukan dan Pergantian Nama
Pada akhirnya, Pertempuran Lima Hari Semarang berhasil diakhiri setelah Kasman Singodimedjo dan Mr Sartono yang mewakili Indonesia berunding dengan Komandan Tentara Jepang Letkol Nomura.
Keduanya berunding untuk mengupayakan gencatan senjata.
Selain itu, ada juga dari pihak Sekutu yang ikut berunding, yaitu Jenderal Bethel.
Pihak Sekutu kemudian melucuti seluruh persenjataan Jepang tanggal 20 Oktober 1945.
Dengan dilucutinya senjata Jepang, maka peristiwa Pertempuran Lima Hari Semarang resmi berakhir.
Peristiwa Pertempuran Lima Hari Semarang dikenang dengan pembangunan Tugu Muda di Simpang Lima, Kota Semarang.
Tugu Muda dibangun tanggal 10 November 1950 dan diresmikan oleh Soekarno tanggal 20 Mei 1953.
Baca juga: Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tugasnya
Diperkirakan peristiwa Pertempuran Lima Hari Semarang menewaskan sekitar 2.000 orang.
Namun, ada versi lain yang menyatakan bahwa kurang dari 300 orang yang tewas dalam insiden tersebut.
Seorang sejarawan Jepang, Ken'ichi Goto menulis bahwa 187 orang tewas dalam pertempuran.
Sementara itu, Mayor Kido melaporkan bahwa ada 42 tentara tewas, 43 terluka, dan 213 hilang.
Referensi: