Mpu Sindok lantas mengerahkan semua rakyatnya untuk bekerja sama membangun candi tersebut.
Namun, di tengah-tengah mendirikan candi, ada prajurit yang berniat jahat terhadap Mpu Sindok, yaitu Arya Penangsang.
Arya yang dendam dengan Mpu Sindok karena pernah dihukum olehnya berusaha menggagalkan pembuatan candi itu.
Langkah pertama yang Arya lakukan adalah membohongi para prajurit yang bertugas membangun candi.
Ia mengatakan bahwa jarak antara Dukuh Surengrono dan Dukuh Surengpati terlalu jauh.
Arya berharap pembangunan candi akan tertunda lama, sehingga saat Raja Hayam Wuruk sampai, candi belum selesai dibangun.
Sejak saat itu, antara Mpu Sindok dan Arya Penangsang terjadi pertikaian. Keduanya saling mengadu kesaktian.
Namun, kekuatan Arya tidak sebanding dengan Mpu Sindok, sehingga Arya dapat dengan mudah dikalahkan.
Arya Penangsang melarikan diri menuju Dukuh Surengpati dengan membawa luka yang parah karena pertarungannya dengan Mpu Sindok.
Setelah Arya pergi, pembangunan candi dilanjutkan.
Namun, karena batu-batu candinya telah dihancurkan oleh Arya Penangsang, Mpu Sindok memiliki ide untuk membangun batu yang tidak begitu besar sebagai candi induk.
Setelah dibangun, tibalah Raja Hayam Wuruk di Kerajaan Mataram.
Pertemuan keduanya pun berjalan dengan sangat baik.
Untuk menambah keakraban, Mpu Sindok menyuguhkan sirih, sebuah tradisi yang sudah lama ada di Mataram.
Ketika menerima puan (tempat sirih) dari emas lengkap dengan kapur, gambir, dan buah pinangnya, Raja Hayam Wuruk mulai mengunyahnya.