Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesultanan Delhi: Berdirinya, Sistem Pemerintahan, dan Kemunduran

Kompas.com - 03/11/2021, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesultanan Delhi adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di India antara 1206-1526 M.

Dengan pusat pemerintahan terletak di Delhi, wilayah kekuasaan kesultanan ini pernah membentang di sebagian besar anak benua India, yang saat ini mencakup India, Pakistan, Bangladesh, dan Nepal.

Salah satu pencapaian besar Kesultanan Delhi adalah berhasil mempertahankan India dari invasi Mongol.

Namun, kesultanan ini akhirnya runtuh pada abad ke-16 dan digantikan oleh Kesultanan Mughal.

Berdirinya Kesultanan Delhi

Sejarah berdirinya Kesultanan Delhi dapat ditelusuri dari abad ke-9, ketika kehalifahan Islam di Timur Tengah mulai tercerai-berai.

Kala itu, para penguasa Muslim mulai menjadikan orang-orang Turki nomaden yang tidak beragama Islam, sebagai budak militer yang disebut Mamluk (mamluk artinya budak).

Dalam perkembangannya, para Mamluk yang telah menjadi Muslim banyak yang bangkit menjadi penguasa.

Mereka kemudian menaklukkan sebagian besar dunia Muslim, seperti di Mesir serta Afghanistan, sebelum akhirnya mulai merambah India.

Pada awal abad ke-11, Mahmud Ghazni menjadi salah satu penguasa Mamluk yang berhasil memperluas kekuasaan Islam hingga ke Punjab barat.

Upaya penaklukkan itu terus berlanjut hingga kemunculan Muhammad Ghori, yang bertekad mendirikan kerajaan Islam.

Ketika Muhammad Ghori dibunuh oleh musuh pada 1206 M, seorang panglima Mamluk bernama Qutb al-Din Aibak segera mengambil alih kekuasaan.

Qutb al-Din Aibak kemudian mendirikan Kesultanan Delhi dan menjadi sultan pertamanya.

Baca juga: Dinasti Seljuk, Pendiri Kekaisaran Islam Pertama di Turki

Dinasti yang memerintah

Qutb al-Din Aibak tidak hanya menjadi raja pertama Kesultanan Delhi, tetapi juga menandai dimulainya kekuasaan Dinasti Mamluk.

Sultan Ibrahim Lodi, raja terakhir Kesultanan Delhi.Wikimedia Commons Sultan Ibrahim Lodi, raja terakhir Kesultanan Delhi.

Setelah menghadapi pemberontakan berkelanjutan dari wilayah-wilayah taklukannya dan dinasti lawan, pemerintahan Dinasti Mamluk berakhir pada 1290 M.

Selama 320 berdiri, berikut ini dinasti-dinasti yang memerintah Kesultanan Delhi.

  • Dinasti Mamluk (1206-1290 M)
  • Dinasti Khalji (1290-1320 M)
  • Dinasti Tughlaq (1320-1414 M)
  • Dinasti Sayyid (1414-1451 M)
  • Dinasti Lodi (1451–1526 M)

Sistem pemerintahan Kesultanan Delhi

Kesultanan Delhi menganut sistem pemerintahan kerajaan atau monarki, di mana kedudukan sultan yang berkuasa sangat kuat.

Untuk pertama kalinya di India, Dinasti Mamluk bahkan memiliki penguasa perempuan (sultanah), yakni Razia Sultan (1236-1240 M).

Meski masa kekuasaannya tergolong singkat, Razia Sultan dikenal sebagai ratu yang cerdas dan reputasinya sangat baik.

Dalam menjalankan pemerintahan, seorang sultan sepenuhnya bergantung pada hukum-hukum Islam.

Selain itu, sultan dibantu oleh para menteri yang membawahi departemen masing-masing.

Departemen yang ada saat itu adalah departemen hukum, keagamaan, militer, intelijen, serta departemen keuangan.

Kesultanan Delhi juga dikenal menjalankan sistem Iqtadari, atau pembagian kesultanan menjadi beberapa provinsi, yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur.

Kewenangan gubernur sangat besar, tetapi masih dibatasi oleh pemerintah pusat, terutama dalam hal keuangan.

Sementara dalam hal pemungutan pajak dipegang oleh pegawai pemerintahan yang dinamai zamidar.

Baca juga: Kesultanan Deli: Sejarah, Raja-Raja, Kehidupan, dan Peninggalan

Perkembangan Islam di India

Para penguasa Kesultanan Delhi tidak hanya mengejar kontrol politik, tetapi juga mewarnai proses Islamisasi di India.

Salah satu strategi yang dilakukan untuk memperkenalkan Islam adalah dengan menerjemahkan sekitar 1.500 teks keislaman dari bahasa Arab dan Persia ke bahasa lokal India.

Pemikiran tentang Islam pun cukup mudah masuk ke masyarakat India, kecuali di pusat-pusat Hindu yang ekstrem seperti di Vijayanagar.

Kemunduran Kesultanan Delhi

Setelah tiga abad berkuasa, Kesultanan Delhi mulai mengalami kemunduran, yang disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.

  • Kekuatan militer menjadi faktor utama dalam hal suksesi takhta
  • Ketidakpastian dalam aturan suksesi akhirnya melahirkan ketidakstabilan politik
  • Bangsawan yang berkuasa kerap mengendalikan sultan yang lemah
  • Sistem Iqradari dan Zamidari akhirnya memicu timbulnya pemberontakan

Runtuhnya Kesultanan Delhi

Pada 1451, Kesultanan Delhi mulai diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Lodi yang berasal dari Afghanistan.

Namun, ketika Sultan Ibrahim Lodi (1517-1526) memegang pemerintahan, muncul konflik internal kerajaan antara sultan dengan Daulat Khan (Gubernur Punjab) beserta Alam Khan.

Alam Khan, yang merupakan paman Sultan Ibrahim, meminta bantuan Babur, yang nantinya mendirikan Kesultanan Mughal.

Alhasil, kubu-kubu yang berselisih terlibat pertempuran di Panipat, yang dimulai pada April 1526.

Dalam peperangan itu, Babur berhasil mendapatkan kemenangannya, yang menandai runtuhnya Kesultanan Delhi sekaligus dimulainya pemerintahan Kesultanan Mughal.

Peninggalan Kesultanan Delhi

  • Quthub Minar
  • Masjid Quwwat-ul-Islam
  • Benteng Tughlughabad
  • Masjid Adhai Din Ka Jhonpra
  • Makam para sultan Delhi

 

Referensi:

  • Asimov M. S., C. E. Bosworth, eds. (1998). History of Civilizations of Central Asia, Vol. IV: The Age of Achievement: AD 750 to the End of the Fifteenth Century, Part One: The Historical, Social and Economic Setting. Multiple History Series. Paris: UNESCO Publishing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com