Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Diponegoro: Penyebab, Strategi, dan Dampaknya

Kompas.com - 10/09/2021, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perang Diponegoro yang berlangsung antara 1825-1830 termasuk salah satu perlawanan besar yang harus dihadapi Belanda semasa pendudukannya di Indonesia.

Pasalnya, pertempuran yang bermula di Yogyakarta ini meluas ke banyak daerah di Jawa hingga sering disebut sebagai Perang Jawa.

Perlawanan Diponegoro terhadap Belanda berkobar setelah Belanda menanam patok-patok jalan di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.

Namun sebelum insiden tersebut, Belanda juga telah melakukan serangkaian aksi yang memicu kemarahan Pangeran Diponegoro.

Perang Diponegoro berakhir setelah lima tahun, dengan dampak yang sangat serius bagi Indonesia.

Latar belakang Perang Diponegoro

Memasuki abad ke-19, keadaan di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan karena intervensi Belanda terhadap pemerintah lokal sering kali memperburuk perselisihan yang ada di lingkungan kerajaan.

Campur tangan pihak kolonial juga membawa pergeseran adat dan budaya keraton yang tidak sesuai dengan budaya nusantara.

Selain itu, dominasi Belanda telah membuat rakyat menderita karena dijadikan sebagai objek pemerasan.

Pasalnya, para petani tidak dapat mengembangkan hidupnya karena harus menjadi tenaga kerja paksa.

Beban mereka pun semakin berat karena diwajibkan untuk membayar berbagai macam pajak. Melihat penderitaan rakyat akibat kekejaman Belanda, Pangeran Diponegoro tidak mau tinggal diam.

Pangeran Diponegoro, yang memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo, adalah putra Sultan Hamengkubuwono III yang pada awalnya memilih untuk tidak ikut campur urusan keraton karena ibunya bukan seorang permaisuri.

Namun, ketika Belanda dirasa terlalu banyak mencampuri urusan keraton, Pangeran Diponegoro membulatkan tekad untuk melakukan perlawanan.

Selain itu, Perang Diponegoro terjadi karena Belanda dengan sengaja menanam patok-patok untuk membuat jalan di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.

Hal itulah yang membuat kemarahan Pangeran Diponegoro memuncak, dan menyatakan sikap perang dengan mengganti patok yang dipasang Belanda dengan tombak.

Baca juga: Gaya Militer Turki Utsmani dalam Perang Pangeran Diponegoro

Proses terjadinya Perang Diponegoro

Perang Diponegoro meletus pada 20 Juli 1825, ketika pasukan Belanda datang ke Tegalrejo untuk menangkap Pangeran Diponegoro.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com