Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Sangiran, Situs Manusia Purba Terpenting di Dunia

Kompas.com - 06/09/2021, 09:29 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Lokasi penemuan situs purbakala tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Bahkan Indonesia memiliki situs manusia purba yang dianggap terbesar dan terpenting di dunia, yaitu Situs Sangiran.

Sangiran terletak di kaki Gunung Lawu, sekitar 15 km dari lembah Sungai Bengawan Solo.

Para peneliti menganggap Sangiran sebagai pusat peradaban besar, penting, dan lengkap manusia purba di dunia karena memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun lalu.

Situs ini menyimpan kekayaan fosil-fosil purbakala, mulai dari fosil manusia purba, binatang-binatang purba, hingga hasil kebudayaan manusia praaksara.

Letak Situs Sangiran

Situs Sangiran sendiri terletak di dua wilayah kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Sragen dan Karanganyar, dengan luas mencapai 59,21 kilometer persegi.

Wilayah Sangiran memiliki karakteristik berbentuk menyerupai kubah raksasa dengan cekungan besar di pusat kubah akibat peristiwa erosi.

Lembah Sangiran itu diwarnai dengan perbukitan bergelombang. Kondisi deformasi geologis inilah yang menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil purbakala.

Baca juga: Lokasi Penemuan Manusia Purba di Indonesia

Sejarah penemuan

Penelitian di Situs Sangiran pertama kali dilakukan pada 1864 oleh P.E.C. Schemulling.

Fosil yang ditemukan oleh P.E.C Schemulling di Situs Sangiran adalah berupa fosil vertebrata.

Eugene Dubois kemudian juga mendatangi tempat ini pada 1895, tetapi tidak melanjutkan penelitiannya karena tidak menemukan apa-apa.

Setelah sekian lama, Von Koenigswald berhasil menemukan berbagai peralatan manusia purba dengan berbekal peta geologi yang dibuat oleh L.J.C van Es pada 1932.

Koenigswald menemukan seribu peralatan sederhana dari batuan kalsedon yang dapat digunakan untuk memotong, menyerut, dan melancipi tombak kayu.

Pada 1936, penduduk setempat menyerahkan fosil rahang kanan manusia purba kepada Koenigswald.

Inilah temuan pertama fosil manusia purba, yang kemudian diberi kode S1 (Sangiran 1).

Sejak saat itu hingga 1941, Koenigswald menemukan fosil manusia purba Homo erectus.

Penemuan fosil Homo erectus di Situs Sangiran kemudian menjadi tahapan penting bagi sejarah manusia.

Sebab, dari situlah situs Sangiran menjadi sangat terkenal dan ditetapkan sebagai Warisan Dunia pada 1996.

Baca juga: Pithecanthropus Erectus: Penemuan, Ciri-ciri, dan Kontroversi

Selain itu, lapisan batuan Sangiran memperlihatkan proses evolusi lingkungan yang sangat panjang.

Mulai dari formasi Kalibeng dari akhir Pliosen, berlanjut formasi Pucangan dari Pleistosen Bawah, formasi Kabuh dari Pleistosen Tengah, formasi Notopuro dari Pleistosen Atas, hingga endapan-endapan teras Resen.

Hasil temuan di Situs Sangiran

Sejauh ini, di Situs Sangiran telah ditemukan sekitar 100 fosil manusia purba jenis Homo erectus.

Jumlah tersebut merupakan 50 persen dari temuan fosil Homo erectus di dunia, dan 60 persen dari temuan di Indonesia.

Selain fosil manusia purba, situs ini juga menyimpan kekayaan fosil binatang-binatang purba, artefak, dan hasil kebudayaan manusia praaksara.

Dari hasil temuan tersebut, tidak mengherankan apabila Situs Sangiran memiliki peran yang sangat penting dan dianggap sebagai situs purbakala terlengkap di dunia.

Saat ini, di kawasan Situs Sangiran juga telah berdiri Museum Sangiran, yang dapat menjadi wisata edukasi bagi masyarakat.

 

Referensi:

Pujiani, Sri. (2019). Zaman Prasejarah. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com