Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartosoewirjo, Pendiri Negara Islam Indonesia 1949

Kompas.com - 03/09/2021, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo atau SM Kartsoewirjo adalah tokoh Islam Indonesia yang memimpin pemberontakan Darul Islam melawan pemerintah Indonesia sejak 1949 hingga 1962.

Alasan Kartosoewirjo melakukan perlawanan ini adalah karena rasa kecewanya terhadap pemerintah pusat Indonesia. 

Oleh sebab itu, untuk melampiaskan kekecewaannya, ia mendirikan Negara Islam Indonesia sebagai bentuk perlawanannya pada 7 Agustus 1949.

Tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam Indonesia ialah SM Kartosoewirjo.

Baca juga: Dampak Reformasi dalam Bidang Politik

Awal Kehidupan

SM Soewirjo lahir di Cepu, 7 Januari 1905, kota penghasil minyak di Jawa Tengah.

Ia adalah putra dari seorang lurah di Cepu, Ronodikromo, yang masih keturunan Arya Penangsang, adipati Jipang pada abad ke-16.

Saat berusia 8 tahun, Kartosoewirjo bersekolah di Inlandsche School der tweede Klasse (ISTK), sekolah bagi kalangan bumiputera.

Empat tahun kemudian, ia lanjut bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah untuk orang Eropa di Bojonegoro.

Tidak semua orang dapat masuk ke ELS, khususnya orang Indonesia.

Orang Indonesia yang berhasil masuk ke ELS adalah orang yang memiliki kecerdasan tinggi, salah satunya Kartosoewirjo.

Setelah lulus dari ELS tahun 1923, Kartosoewirjo melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Kedokteran.

Sewaktu bersekolah di sana, ia bergabung dengan organisasi Syarikat Islam yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto.

Ia bahkan sempat tinggal dan menjadi murid sekaligus sekretaris pribadi HOS Tjokroaminoto.

Tjokroaminoto telah sangat mempengaruhi pemikiran Kartosoewirjo agar lebih tergerak dalam aksi politik.

Sayangnya,antusiasme Kartosoewirjo dalam dunia politik membuatnya dikeluarkan dari sekolah tahun 1927.

Ia dianggap sebagai aktivis politik serta memiliki buku sosialis dan komunis.

Baca juga: Dampak Reformasi dalam Bidang Ekonomi

Karier

Setelah tidak lagi bersekolah, Kartosoewirjo bekerja sebagai Pemimpin Redaksi Koran Harian Fadjar Asia.

Di sana, ia aktif menulis tentang pertentangan terhadap bangsawan Jawa yang bekerja sama dengan Belanda.

Kartosoewirjo juga menyerukan agar kaum buruh segera bangkit untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka.

Puncak kariernya pun melejit setelah ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) pada September 1927.

Tahun 1937, ia memutuskan keluar dari PSII untuk mendirikan gerakan politiknya sendiri yang mengadvokasi Negara Islam Indonesia di masa depan berdasarkan hukum syariah.

Baca juga: Benteng Speelwijk: Sejarah, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Negara Islam Indonesia

Pada masa perang kemerdekaan Indonesia, tahun 1945 hingga 1949, Kartosoewirjo turut terlibat aktif.

Namun, sikap kerasnya membuat Kartosoewirjo kerap bertolak belakang dengan pemerintah.

Ia sempat menolak pemerintah pusat agar seluruh Divisi Siliwangi melakukan long march ke Jawa Tengah.

Perintah long march tersebut merupakan konsekuensi dari Perjanjian Renville.

Perjanjian Renville ini dibentuk hanya untuk mengelabui orang-orang penting agar bersedia patuh terhadap Hindia Belanda.

Oleh sebab itu, Kartosoewirjo menolak dengan tegas semua perjanjian yang diadakan dengan Belanda.

Karena rasa kecewanya terhadap pemerintah pusat, Kartosoewirjo bertekad untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII).

Tokoh yang pertama kali bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam Indonesia ialah SM Kartosoewirjo.

Kartosoewirjo kemudian mengumumkan terbentuknya NII pada 7 Agustus 1949.

Beberapa daerah yang menyatakan menjadi bagian dari NII adalah Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.

Terbentuknya NII kemudian memancing reaksi dari pemerintah Indonesia dengan menjalankan operasi untuk menangkap Kartosoewirjo.

Tidak ingin tinggal diam, Kartosoewirjo mengerahkan pasukannya dengan melakukan perang gerilya melawan pemerintah.

Kartosoewirjo memimpin pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat.

Selama tahun 1950-an, karena lemahnya pemerintah pusat dan koordinasi militer yang kurang baik memungkinkan Darul Islam untuk berkembang.

Mereka menguasai sepertiga Jawa Barat, bahkan melancarkan serangan sampai ke pinggiran Jakarta.

Baca juga: S Sudjojono, Bapak Seni Rupa Modern Indonesia

Kekalahan

Tahun 1959, Soekarno membentuk pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang kemudian menjadi titik balik nasib Darul Islam.

Militer memperkenalkan metode pagar kaki yang efektif untuk mengepung semua pangkalan gunung gerilyawan dan memotong jalur pasukan dan pelarian mereka.

Militer memaksa para pemberontak untuk memilih antara menyerah atau tewas di tempat.

Menanggapi perlawanan tersebut, Kartosoewirjo menyatakan Perang Total tahun 1961, di mana gerilyawan DI menggunakan taktik terror dan bandit terhadap warga sipil.

Ia juga mengirimkan salah seorang anggotanya pada Mei 1962 untuk melakukan upaya pembunuhan terhadap Soekarno saat ia sedang salat Idul Adha.

Namun, rencananya tersebut gagal. Juni 1962, Kartosoewirjo berhasil ditangkap di tempat persembunyiannya di Gunung Geber dekat Garut.

Ia pun mengeluarkan perintah kepada para pengikutnya untuk menyerah.

Akhirnya, pada Agustus 1962, pasukan DI di Jawa Barat yang beroperasi di Gunung Ciremai menarik mundur pasukannya.

Kartosoewirjo diadili oleh pengadilan militer dan dinyatakan bersalah atas pemberontakan dan percobaan pembunuhan Presiden Soekarno.

Ia dijatuhi hukuman mati dengan ditembak pada 5 September 1962.

Referensi:

  • Dijk, C Van. (1985). Rebellion under the Banner of Islam: The Darul Islam in Indonesia. The Hague: M Nijhoff.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com