Sejak jatuh ke tangan Belanda hingga 1930-an, benteng ini difungsikan sebagai markas komando pertahanan, kantor pusat perdagangan, kediaman pejabat tinggi, dan pusat pemerintahan.
Salah satu peristiwa bersejarah penting yang terjadi di Benteng Rotterdam adalah digunakan sebagai tempat untuk menawan Pangeran Diponegoro sejak 1833 hingga wafatnya pada 8 Januari 1855.
Di tempat inilah, Pangeran Diponegoro menyusun catatan tentang budaya Jawa, misalnya wayang, mitor, sejarah, dan ilmu pengetahuan.
Benteng Fort Rotterdam juga pernah digunakan sebagai kamp tawanan perang Jepang selama Perang Dunia II.
Ketika masa pendudukan Jepang (1942-1945), benteng ini digunakan sebagai pusat penelitian ilmu pengetahuan dan bahasa.
Pada 1945-1949, Benteng Fort Rotterdam kembali beralih fungsi menjadi pusat kegiatan pertahanan Belanda dalam menghadapi pejuang-pejuang Indonesia.
Kemudian pada 1970-an, benteng ini dipugar secara ekstensif dan sekarang menjadi pusat budaya, pendidikan, tempat untuk acara musik dan tari, serta tujuan wisata bersejarah.
Salah satu gedung di dalam kompleks benteng ini difungsikan menjadi Museum Provinsi Sulawesi Selatan bernama La Galigo, yang menampilkan beragam benda bersejarah, manuskrip, patung, keramik, dan pakaian tradisional.
Baca juga: Kerajaan Gowa-Tallo: Letak, Kehidupan, Peninggalan, dan Keruntuhan
Bentuk Benteng Fort Rotterdam yang menyerupai seekor penyu merupakan filosofi Kerajaan Gowa, yang berjaya di daratan maupun lautan.
Situs ini awalnya memiliki enam bastion yang dikelilingi oleh benteng setinggi tujuh meter dan parit sedalam dua meter.
Akan tetapi, saat ini hanya tinggal lima bastion yang terlihat dan di dalamnya masih berisi meriam, di antaranya:
Sementara bastion yang tidak terlihat lagi bernama Bastion Ravelin. Kompleks Benteng Rotterdam merupakan lokasi berdirinya sejumlah bangunan bergaya kolonial dan pintu gerbang, sumur kuno, parit, serta tembok yang mengelilingi bangunan.
Di dalam benteng terdapat 13 bagunan yang 11 di antaranya adalah bangunan asli dari abad ke-17, sedangkan dua lainnya didirikan pada masa pendudukan Jepang.
Kompleks di sisi utara adalah bangunan-bangunan tertua dari tahun 1686, yang meliputi kediaman gubernur, kediaman saudagar senior, kapten, dan sekretaris, dengan beberapa bangunan penyimpanan senjata.
Kediaman gubernur yang dijuluki sebagai Rumah Speelman sekarang menjadi bagian dari Museum La Galigo.
Sedangkan bangunan di sisi selatan, yang awalnya digunakan sebagai tempat penyimpanan, kini juga dijadikan museum.
Barak di sayap timur sekarang menjadi perpustakaan kecil, yang menampilkan buku-buku Belanda kuno, log kapal kapten VOC, dan manuskrip lontar kuno.
Lantai dasar bangunan, yang terletak di sudut tenggara benteng, dulunya adalah penjara. Sedangkan penjara Pangeran Diponegoro terletak di Bastion Bacan.
Referensi: