Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aloei Saboe: Peran dan Perjuangannya

Kompas.com - 29/07/2021, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kompasiana

KOMPAS.com - Aloei Saboe adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang melawan penjajah Belanda di Gorontalo.

Aloei Saboe bersama rekan seperjuangannya, Nani Wartabone dan Koesno Danupoyo bersama-sama berusaha untuk mengambil alih pemerintahan Hindia Belanda. 

Aloei Saboe bersama rekan-rekannya berhasil memukul mundur Belanda pada 23 Januari 1942. 

Atas keberhasilan tersebut, mereka segera menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, yaitu Indonesia Raya. 

Bendera Merah Putih juga dikibarkan sebagai tanda kemenangan Gorontalo atas Belanda. 

Baca juga: Nani Wartabone: Peran, Perjuangan, dan Permesta

Pendidikan

Aloei Saboe lahir di Gorontalo pada 11 November 1911. 

Aloei Saboe berasal dari sebuah keluarga besar bermarga Saboe.

Marga Saboe sendiri berasal dari daerah Gorontalo, di Semenanjung Utara, Pulau Sulawesi.

Aloei Saboe mengenyam pendidikannya di sekolah kedokteran di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) Surabaya.

Setelah menyelesaikan pendidikan dokternya, Saboe bertugas sebagai dokter di Semarang. 

Baca juga: Abdul Halim: Kiprah dan Perannya

Peran

Tidak hanya berkiprah dalam bidang kesehatan, Aloei Saboe juga turut andil dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah. 

Perjuangan kemerdekaan Indonesia Aloei Saboe telah ia mulai sejak duduk di bangku kuliah di NIAS Surabaya. 

Aloei Saboe ikut bergabung dalam berbagai diskusi perjuangan kemerdekaan, salah satunya yang digagas oleh Soetomo (pendiri Budi Utomo).

Tahun 1926, Aloei Saboe juga aktif sebagai anggota Jong Islamieten Bond. Selain itu, ia juga bergabung dalam Indonesia Moeda tahun 1930.

Lima tahun berselang, kiprah Aloei Saboe dalam bidang politik semakin melonjak. 

Pada 1935, Aloei Saboe tergabung dalam Partai Nasional Indonesia (PNI). 

Selama di PNI, karier Aloei Saboe terus bersinar, terutama setelah ia terpilih sebagai Ketua Umum PNI cabang Gorontalo pada kongres pertama.

Setelah itu, ia diangkat sebagai Ketua PNI Sulawesi Utara dan menjadi anggota dewan PNI. 

Perjuangan

Sejak Belanda menjajah Indonesia, Aloei Saboe ikut berusaha menumpas para penjajah.

Tiga tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, tahun 1942, Aloei Saboe bersama dengan Nani Wartabone dan Koesno Danupoyo berusaha mengambil alih pemerintahan Hindia Belanda. 

Setelah melalui perjuangan yang panjang, Aloei Saboe berhasil memukul mundur Belanda dari Gorontalo pada 23 Januari 1942.

Bersama dengan rakyat Gorontalo, Saboe melumpuhkan dan menangkap semua pejabat Belanda.

Meskipun Belanda berhasil diusir dari Gorontalo, perjuangan Aloei Saboe masih belum berakhir. 

Pasca-kemerdekaan Indonesia, tahun 1945, Aloei Saboe memimpin gerakan perlawanan melalui Laskar Gorontalo. 

Bersama Laskar Gorontalo, Aloei Saboe melawan tentara Sekutu atau NICA di bawah pimpinan Mayor Wilson yang tiba di Gorontalo.

Selama tahun 1946 hingga 1947, Aloei Saboe berperan dalam mengirimkan pasokan obat-obatan dan alat kesehatan kepada para pejuang kemerdekaan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Aloei Saboe berhasil merebut obat dan alat kesehatan tersebut dari gudang logistik Amerika dan Australia. 

Setelah itu, tahun 1950, ketika Negara Indonesia Timur (NIT) terbentuk, Aloei Saboe terpilih sebagai Juru Bicara dalam mosi pembubaran NIT.

Mosi dilakukan karena NIT dinilai tidak sesuai dengan konstitusi dan harus kembali pada konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Aloei Saboe kemudian berhasil membubarkan NIT pada 5 April 1950. 

Usai berjuang membubarkan NIT, pada 1958, Aloei Saboe kembali beraksi dalam peristiwa pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara.

Ia turut terlibat dalam penumpasan Permesta di Gorontalo dengan menyembunyikan bahan bakar, bahan makanan, peralatan medis, dan obat-obatan di RS Lepra di Kabila.

Strategi yang digunakan Aloei Saboe ini rupanya berhasil membantu pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dipimpin Mayor Agus Pramono menumpas Permesta di Gorontalo.

Baca juga: Djatikusumo: Kiprah dan Karier Militernya

Akhir Hidup

Oleh karena gerakan perlawanan dan perjuangan kemerdekaan yang sering dilakukan, Aloei Saboe kerap ditangkap, dipenjara, bahkan diasingkan di beberapa tempat. 

Aloei Saboe wafat di Bandung pada 31 Agustus 1987. 

Atas perjungan dan jasanya, Aloei Saboe diberi beberapa anugerah dan tanda jasa dari Pemerintah Indonesia, salah satunya Bintang Gerilya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com