Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ali Sastroamidjojo: Karier, Peran, dan Kiprahnya

Kompas.com - 31/07/2021, 15:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ali Sastroamidjojo adalah Perdana Menteri Indonesia yang menjabat selama dua periode.

Periode pertama sejak 30 Juli 1953 hingga 11 Agustus 1955, kemudian periode kedua sejak 1956 hingga 1957.

Semasa menjabat sebagai Perdana Menteri, Ali membentuk dua kabinet, yaitu Kabinet Ali Sastroamidjojo I dan Kabinet Ali Sastroamidjojo II. 

Baca juga: M Jasin: Pendidikan, Kiprah, dan Perjuangannya

Masa Kecil

Ali Sastroamidjojo lahir di Grabag, Jawa Tengah, 21 Mei 1903. 

Lahir dari keluarga bangsawan Kabupaten Magelang, Ali termasuk salah satu orang yang tergolong elit di Indonesia. 

Ali banyak menghabiskan masa kecilnya dengan bermain bersama teman-temannya yang berasal dari kalangan di bawahnya, dari keluarga petani.

Namun, karena orang tua Ali ingin anaknya tinggal dalam lingkungan yang layak, mereka memutuskan untuk pindah ke kota setempat. 

Semasa Ali bersekolah, ia turut aktif dalam berbagai organisasi pemuda. Ali tergabung dalam organisasi Jong Java pada 1918 hingga 1922. 

Baca juga: Mas Isman: Pendidikan, Kiprah, dan Perjuangannya

Peran

Kemudian, tahun 1923, Ali berangkat ke Belanda untuk melanjutkan sekolahnya. Ia bersekolah di Queen Wilhelmina School.

Setelah lulus dari sana, Ali melanjutkan studi hukum di Universitas Leiden di Belanda. Ia berhasil mendapat gelar Sarjana Hukum tahun 1927.

Tidak hanya mengenyam pendidikan, Ali juga turut aktif berorganisasi selama di Belanda. Ia tergabung dalam Perhimpunan Indonesia. 

Dalam Perhimpunan Indonesia, Ali banyak menulis artikel yang kerap membuat Belanda murka.

Akibatnya, bulan September 1927, Ali sempat ditangkap dan ditahan oleh pihak Belanda. 

Ia ditangkap bersama tiga tokoh lainnya, yaitu Mohammad Hatta, Abdoel Madjid Djojoadhiningrat, dan Pamontjak.

Pada saat itu, Ali Sastroamidjojo dituding telah menghasut orang-orang agar ikut memberontak pihak kolonial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com