Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depati Amir: Kehidupan, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 14/07/2021, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Depati Amir adalah Pahlawan Nasional yang berasal dari Bangka. 

Ia aktif melawan penjajahan Belanda di Bangka yang waktu itu memiliki kepentingan terhadap aktivitas tambang timah. 

Karena perlawanannya dianggap merugikan aktivitas tambang, Amir diasingkan ke Air Mata, Nusa Tenggara Timur. 

Baca juga: I Gusti Ngurah Made Agung: Kepemimpinan, Karya, dan Perjuangannya

Kehidupan

Depati Amir lahir di Bangka tahun 1805. Ia merupakan putra dari bangsawan Bangka bernama Depati Bahrin. 

Sebelum bergelar Depati, Amir telah menjadi tokoh yang berpengaruh di Bangka. 

Ia pernah memimpin masyarakat untuk menumpas perompak di sekitar perairan Bangka. Amir pun diangkat mejadi Depati tahun 1830. 

Depati sendiri adalah sebuah gelar yang mulanya diberikan Kesultanan Palembang untuk seorang kepala beberapa kampung. 

Baca juga: Asad Syamsul Arifin: Masa Muda, Peran, dan Perjuangannya

Perjuangan

Perjuangan Depati Amir dimulai saat Belanda mulai membuat parit-parit tambang timah di Pulau Bangka. 

Belanda juga bersekutu dengan Depati Bahrin untuk mengeruk timah di tanah miliknya. Namun, Belanda tidak memenuhi janji mereka untuk membayarkan hasil tambangnya. 

Kejadian ini pun menyulut Depati Amir mengajukan tuntutan kepada perusahaan Belanda. 

Tuntutan dari Depati Amir ini didengar oleh Residen Belanda, F. van Olden. 

Olden menilai bahwa tindakan Depati Amir ini dapat memicu pergolakan di Bangka. 

Untuk mengatasi hal tersebut, pihak Belanda mengirim pejabat-pejabat penting untuk menangkapnya, tetapi gagal. 

Depati Amir pun semakin banyak mendapat dukungan. Akibatnya, Depati Amir mendapat bantuan senjata baik dari lokal maupun dari Singapura. 

Kendati demikian, pada 7 Januari 1851, Depati Amir berhasil ditangkap oleh Belanda. 

Penangkapan tersebut berhasil dilakukan karena Belanda menyuap tujuh orang panglima dan 36 pasukan Depati Amir. 

Saat itu Amir tertangkap dalam kondisi sakit.

Pada 11 Februari 1851, Depati Amir dikirim ke tempat pengasingan di Kupang, Timor. 

Meskipun berada di pengasingan, perjuangan Depati Amir melawan Belanda tidak juga padam. 

Bersama adiknya, Hamzah, ia menjadi penasihat para raja di Timor dan turut aktif dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Timor.

Baca juga: Cheng Ho, Laksamana Muslim yang Berpengaruh di Indonesia

Akhir Hidup

Setelah delapan tahun diasingkan di Timor, Depati Amir wafat pada 28 September 1869. Ia meninggal karena sakit dan usia tua.

Untuk menghargai setiap jasanya, pada 8 November 2018, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 123/TK/Tahun 2018. 

Ia adalah tokoh Bangka yang pertama kali menjadi pahlawan nasional. Namanya kini diabadikan menjadi bandara di Pangkal Pinang, Bangka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com