KOMPAS.com - Johannes Abraham Dimara lahir di Korem, Biak Utara, Papua, 16 April 1916.
Semasa hidupnya, Dimara pernah ikut serta dalam memperjuangkan pembebasan wilayah Irian Barat.
Ia diangkat menjadi Ketua Organisasi Pembebasan Irian Barat (OPI).
Perjuangannya ini bahkan menginspirasi Soekarno untuk membuat patung pembebasan Irian Barat.
Baca juga: Traktat London: Latar Belakang, Isi, dan Dampaknya
Johannes Abraham Dimara memiliki nama lahir Arabel.
Saat ia berusia 13 tahun, Dimara diangkat sebagai anak oleh Elias Mahubesi, anggota polisi Ambon.
Di Ambon, Dimara pun menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah dasar pada 1930. Kemudian ia masuk ke sekolah pertanian di Laha.
Dari tahun 1935 sampai 1940, ia menempuh pendidikan agama (Injil).
Sebagai seorang lulusan agama, Dimara bekerja sebagai guru Injil di Kecamatan Leksuka, Pulau Buru.
Tahun 1946, Dimara ikut serta dalam pengibaran bendera merah putih di Namlea, Pulau Buru.
Ia turut memperjuangkan pengembalian wilayah Irian Barat ke tangan Republik Indonesia.
Tahun 1950, ia pun diangkat menjadi ketua Organisasi Pembebasan Irian Barat (OPI). Dimara menjadi anggota TNI dan melakukan infiltrasi pada 1954.
Akibatnya, ia ditangkap oleh tentara Kerajaan Belanda dan dibuang ke Digul. Ia kemudian dibebaskan tahun 1960.
Baca juga: Putri Mardika: Latar Belakang, Peran, dan Pengurus
Johannes Abraham Dimara pernah mendaftar sebagai anggota Heiho, tentara pembantu bentukan Jepang.
Pasca kemerdekaan Indonesia, Belanda hanya mengakui kedaulatan Repubik Indonesia di wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera.
Sedangkan wilayah Indonesia Timur masih menjadi bagian dari kekuasaan Belanda sesuai dengan Perjanjian Linggarjati.
Saat ituah, Johannes Abraham Dimara ditugaskan sebagai polisi di Pelabuhan Namlea, Ambon.
Ketika Kapal Sindoro mengibarkan bendera merah putih membawa pasukan ALPI yang berasal di Maluku pada 1946, rasa nasionalisme Dimara bertumbuh.
Johannes Abraham Dimara kemudian berniat menyelidiki kapal tersebut.
Saat itu Dimara naik ke atas kapal dan menemui Kapten Ibrahim Saleh dan Yos Sudarso.
Yos Sudarso meminta bantuan agar kapal dapat merapat di pelabuhan dan menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan serta mengusir penjajah di Indonesia Timur.
Setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.
Johannes Abraham Dimara bergabung dalam Batalyon Pattimura APRIS dan ikut operasi militer RMS (Republik Maluku Selatan).
Baca juga: Ida Anak Agung Gde Agung: Masa Muda, Kiprah, dan Peran
Johannes Abraham Dimara meninggal di usia 84 tahun, 20 Oktober 2000 di Jakarta.
Untuk mengenang jasanya, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Keputusan Presiden RI No. 952/TK/Tahun 2010, 8 November 2010.
Penghargaan lain yang ia dapat adalah: