Chik di Tiro tidak akan menyerah sampai semua orang Belanda terbunuh.
Untuk menyiasati hal ini, pada 21 Januari 1891, di Tiro dihidangkan makanan beracun oleh putra pemimpin Sagi.
Ia ditawari oleh Belanda untuk menjadi pemimpin jika bersedia membunuh di Tiro.
Setelah di Tiro memakannya, ia pun dibawa ke Benteng Aneuk Galong untuk dirawat. Namun, nyawanya tidak tertolong.
Ia dimakamkan di kuburan keluarga di Meureu, Aceh Besar.
Atas jasanya, pada 6 November 1973, melalui Surat Keppres No. 987/TK/1973, Presiden Soeharto memberinya gelar Pahlawan Nasional Indonesia.
Beberapa nama jalan juga menggunakan namanya.
Referensi: