Selama di Amsterdam, Sam sering bertemu dengan Sostro Kartono, kakak dari RA Kartini dan tiga pendiri Indische Partij.
Mereka adalah Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Soewardi Suryaningrat.
Ia pun aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging).
Tujuan dari organisasi ini adalah untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia.
Pada 1914, Sam terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia.
Semasa kepemimpinannya, ia aktif menulis artikel-artikel, salah satunya bertajuk Sarekat Islam yang diterbitkan di Onze Kolonien (1913).
Ia menuliskan tentang pertumbuhan koperasi pedagang lokal Sarekat Islam dan juga memuji gerakan Budi Utomo.
Baca juga: Jong Bataks Bond: Latar Belakang dan Tokoh-tokohnya
Pada 1919, Sam kembali ke Indonesia.
Ia dipindah ke Yogyakarta untuk mengajar matematika dan sains di sekolah teknik Prinses Juliana School.
Setelah tiga tahun, Sam memulai perusahaan asuransi bernama Assurantie Maatschappij Indonesia bersama Roland Tumbelaka, seorang dokter asal Minahasa.
Pada 1923, Sam dicalonkan oleh Partai Perserikatan Minahasa untuk menjadi sekretaris badan perwakilan daerah Minahasa di Manado.
Ia menjabat selama periode 1924 sampai 1927.
Pada awal Agustus 1945, Sam diangkat untuk menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mewakili Sulawesi.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno, keesokan harinya PPKI menggelar rapat.
Rapat tersebut turut dihadiri Sam Ratulangi dan menghasilkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Baca juga: Raja Cheoljong: Sejarah, Masa Pemerintahan, dan Kisah Tragis