Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja-Raja Kerajaan Banten

Kompas.com - 01/05/2021, 17:06 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sultan Maulana Muhammad (1580-1596 M)

Saat Sultan Maulana Muhammad diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya, usianya baru sembilan tahun.

Oleh karena itu, untuk sementara waktu roda pemerintahan dijalankan oleh Pangeran Arya Jepara, pamannya.

Setelah dewasa, Sultan Maulana Muhammad resmi memerintah Banten.

Semasa pemerintahannya, Banten menyerang Palembang yang dijadikan batu loncatan untuk menguasai Selat Malaka.

Namun, serangan itu gagal dan Maulana Muhammad wafat dalam pertempuran pada 1596 M.

Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1683 M)

Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai berikut.

  • Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan
  • Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa
  • Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam
  • Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel
  • Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Aceh

Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia.

Hal itu kemudian memicu VOC melakukan politik adu domba antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji.

Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan Haji mau bekerjasama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan ayahnya.

Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus menyerahkan kekuasaannya kepada putranya.

Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji (1683-1687 M)

Penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya kekuasaan VOC di Banten.

Meski Sultan Haji diangkat menjadi Sultan Banten selanjutnya, namun pengangkatan tersebut disertai beberapa persyaratan yang tertuang dalam Perjanjian Banten.

Sejak saat itu, Kesultanan Banten tidak lagi memiliki kedaulatan dan penderitaan rakyat semakin berat.

Dengan kondisi demikian, sangat wajar apabila masa pemerintahan Sultan Haji diwarnai banyak kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang.

 

Referensi:

  • Amarseto, Binuko. (2017). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Relasi Inti Media.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com