NII kemudian menyempurnakan angkatan perangnya untuk dapat menguasai beberapa wilayah agar bergabung dengan NII.
Pasukan ini kemudian diberi nama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Baca juga: Penelitian Geografi: Pengertian, Sifat, Jenis dan Contoh Judulnya
Guna menanggulangi pemberontakan dari DI/TII di Jawa Barat, pemerintah mengeluarkan peraturan No. 59 Tahun 1958 yang berisikan tentang penumpasan DI/TII.
Salah satu caranya adalah dengan menurunkan pasukan Kodam Siliwangi dan menerapkan taktik Pagar Betis.
Taktik Pagar Betis ini dilakukan dengan menggunakan tenaga rakyat dengan jumlah ratusan ribu untuk mengepung tempat persembunyian DI/TII.
Tujuan lain dibentuknya Pagar Betis yaitu untuk mempersempit ruang gerak DI/TII.
Selain Pagar Betis, operasi lain yang juga dilakukan oleh Kodam Siliwangi yaitu Operasi Brata Yudha.
Operasi ini dibentuk untuk menemukan tempat persembunyian sang imam NII, Kartosoewirjo.
Setelah melalui perjalanan panjang untuk mencari Kartosoewirjo, dirinya berhasil dibekuk hidup-hidup oleh Letda Suhanda, pemimpin Kompi C Batalyon 328 Kujang II/Siliwangi.
Tertangkapnya Kartosoewirjo ini menjadi awal mula teratasinya pemberontakan DI/TII. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk menyerah.
Referensi: