Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

KOMPAS.com - Perang Dunia I antara aliansi Sekutu (Inggris, Italia, Perancis, Rusia) dan Blok Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, Turki) berlangsung dari tahun 1914 hingga 1918..

Perang Dunia I terkenal akan adanya perang parit, di mana para tentara berlindung di dalam parit untuk menghindari tembakan persenjataan musuh atau sekadar menunggu musuh dan mempertahankan wilayahnya.

Salah satu pertempuran parit terbesar selama Perang Dunia I terjadi di Somme, Perancis, atau dikenal sebagai Pertempuran Somme.

Strategi perang parit pada Pertempuran Somme antara antara Jerman dengan Perancis-Inggris, mampu menewaskan puluhan ribu tentara Inggris di hari pertama.

Berikut ini strategi perang parit pada Perang Dunia I.

Di mana terjadinya Perang Parit Perang Dunia I?

Perang parit adalah salah satu strategi perang yang sudah ada sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Masehi.

Ciri khas perang parit yakni adanya parit atau selokan yang digali lumayan dalam dan panjang, sebagai pertahanan pasukan dari musuh.

Perang parit menjadi strategi penting seiring berkembangnya persenjataan perang yang modern.

Parit panjang dan sempit yang digali pada masa perang, biasanya dihuni oleh tentara infanteri selama berminggu-minggu dan dirancang untuk melindungi pasukan dari tembakan senapan mesin dan serangan artileri dari udara.

Pada masa Perang Dunia I, yang diketahui melibatkan penggunaan senjata kimia dan gas beracun, parit juga bisa memberikan sedikit perlindungan terhadap paparan.

Keberadaan parit memungkinkan tentara memiliki lebih banyak waktu untuk mengambil langkah pertahanan lainnya, misalnya seperti mengenakan masker gas.

Utamanya, parit Perang Dunia I dibangun di daerah Front Barat, yakni wilayah di utara Perancis dan Belgia.

Front Barat merupakan teater perang utama selama Perang Dunia I, yang menjadi tempat pertempuran antara pasukan Jerman dan pasukan Sekutu dari Perancis, Inggris, kemudian, Amerika Serikat.

Sistem parit dan benteng Front Barat yang terpanjang bahkan mencapai 475 mil atau 500 kilometer lebih.

Sistem Parit Perang Dunia I

Sistem parit yang dibangun pada masa Perang Dunia I terdiri dari terdiri dari beberapa baris parit paralel dengan kedalaman total bisa mencapai 1,6 kilometer.

Sistem ini menjadi ciri khas Perang Dunia I karena bentuknya zig-zag, sehingga tidak ada musuh yang dapat menembak lebih dari beberapa meter di sepanjang parit tersebut.

Parit Perang Dunia I sengaja dibuat menyambung satu sama lain untuk memudahkan para tentara melakukan pengiriman logistik perang.

Jalur-jalur pengiriman dibuat dengan menghubungkan parit utama dengan parit-parit lain yang digali secara tegak lurus.

Logistik yang dikirimkan melalui sambungan ini berupa makanan, amunisi, hingga surat.

Parit-parit yang dibangun juga memiliki beberapa fasilitas pendukung bagi pasukan untuk melakukan mobilisasi maupun pertahanan.

Fasilitas yang dimaksud antara lain pos komando, pos pertolongan pertama, dapur, serta jamban.

Parit juga dilengkapi dengan tempat khusus untuk menghindarkan pasukan dari serangan bom.

Pembagian pos pada perang parit

Pada masa Perang Dunia I, terdapat beberapa pembagian fungsi parit. Bagian pertama adalah garis parit pertama atau pos terdepan, wilayah yang dioperasikan oleh para pemegang senjata yang tersebar di balik lilitan kawat.

Bagian ketiga adalah garis utama perlawanan, berupa rangkaian paralel yang diisi oleh pasukan pertahanan yang ditempatkan pada garis parit utama.

Setiap garis pada parit dibatasi oleh kawat berduri agar memperlambat dan menjerat pasukan yang menyerang.

Pada masa Perang Dunia I, Jerman membuat sistem pertahanan yang rumit dengan memanfaatkan tempat penyimpanan senjata mesin yang terbuat dari beton atau disebut kotak pertahanan dan membangun sistem parit bertingkat dengan kedalaman hingga 22 kilometer.

Di belakang kotak pertahanan, Jerman meletakkan kawat berduri dan parit yang diperkuat dengan beton untuk menahan serangan bom.

Selain itu, di area belakang pertahanan terdapat banyak garis parit yang aman karena jauh dari jangkauan tembakan artileri musuh.

Pertempuran Somme, perang parit paling brutal

Pertemmpuran Somme yang terjadi sejak 1 Juli hingga 18 November 1916, disebut-sebut sebagai perang parit paling brutal semasa Perang Dunia I.

Parit memang bisa menjadi tempat perlindungan bagi pasukan. Namun di saat yang sama, beragam penyakit juga mudah merajalela di sana.

Di samping jumlah yang meninggal akibat penularan penyakit, banyak prajurit yang terjebak di parit dalam jangka waktu yang lama dan dibayangi serangan yang hampir terus-menerus, akhirnya menderita gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Beberapa faktur itu turut andil menjadikan Pertempuran Somme sebagai salah satu peperangan paling mematikan sepanjang Perang Dunia I.

Semasa perang parit, Jerman dikenal ahli melakukan serangan malam hari di belakang garis musuh.

Mereka mengirimkan tentara yang sangat terlatih untuk menyerang parit pasukan lawan di tempat yang mereka anggap sebagai titik lemah.

Mereka yang berhasil akan menembus garis pertahanan musuh dan berkeliling untuk menyerang lawan dari belakang, sedangkan rekan-rekannya yang lain akan melancarkan serangan dari depan.

Sistem pertahanan parit dalam Perang Dunia I dapat dipatahkan dengan penemuan kendaran tempur yaitu tank.

Pada 15 September 1916, Inggris mulai menggerakkan tank mereka untuk melawan pasukan Jerman.

Sayangnya, tank-tank tersebut masih dalam tahap awal pengembangan sehingga banyak yang mogok sebelum masuk ke dalam garda depan pasukan Jerman.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/04/16/220000479/strategi-perang-parit-pada-perang-dunia-i

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke