Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang terletak di tepi Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Kerajaan Sriwijaya meninggalkan cukup banyak prasasti, yang menjadi bukti keberadaannya.

Selain prasasti Sriwijaya, ada pula beberapa candi yang diduga juga dibangun oleh kerajaan ini.

Dibandingkan jumlah prasasti Kerajaan Sriwijaya, candi-candi yang ditemukan terbilang sedikit.

Berikut ini 10 peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambarnya.

Salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah Candi Muara Takus.

Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau.

Candi ini diyakini sebagai bagian dari warisan peradaban Buddha dari masa Kerajaan Sriwijaya.

Para ahli berpendapat pembangunan Candi Muara Takus diperkirakan dilakukan antara abad ke-4 hingga ke-11.

Bangunan utama di Kompleks Candi Muara Takus adalah stupa besar berbentuk menara.

Selain itu, terdapat empat bangunan candi berukuran besar, yaitu Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, dan Palangka.

Candi Muaro Jambi diperkirakan dibangun antara abad ke-7 hingga abad ke-12.

Di kompleks ini, terdapat sekitar 110 reruntuhan candi yang kini belum semuanya dipugar.

Para ahli memperkirakan, candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dulunya digunakan sebagai permukiman dan pusat pengembangan agama Buddha.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Prasasti Kedukan Bukit

Salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terkenal adalah Prasasti Kedukan Bukit, yang ditemukan pada 29 November 1920, di tepi Sungai Batang, Kedukan Bukit, Palembang.

Prasasti berangka tahun 683 Masehi ini ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Prasasti Kedukan Bukit berisi tentang berdirinya Kerajaan Sriwijaya dan raja pertamanya yang bernama Sri Jayanegara, melakukan perjalanan suci menggunakan perahu bersama 20.000 tentaranya.

Peristiwa yang disebutkan itu membuktikan kemajuan pelayaran di Indonesia pada masa Hindu-Buddha.

Lokasinya berada di Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.

Prasasti ini berisi tentang kutukan bagi siapa pun yang menolak ketaatan kepada raja atau melakukan kejahatan.

Isi Prasasti Karang Berahi ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dan dengan aksara Pallawa.

Prasasti ini diperkirakan berasal dari periode yang sama dengan Prasasti Kedukan Bukit, yaitu abad ke-7 Masehi.

Prasasti Telaga Batu juga berisi mengenai kutukan kepada siapa pun, termasuk para pejabat kerajaan, ahli senjata, saudagar, tukang cuci, sampai tukang sapu kerajaan, yang melakukan pelanggaran di Kadatuan Sriwijaya dan tidak patuh terhadap perintah raja.

Isi prasasti ini ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa dan Bahasa Melayu Kuno.

Prasasti Kota Kapur merupakan sebuah peringatan telah dikuasainya Pulau Bangka oleh Kerajaan Sriwijaya.

Selain itu, prasasti ini menyebutkan tentang kutukan atau ancaman kepada para pemberontak dan orang-orang yang bersekongkol dengan mereka.

Mereka yang disebutkan diharapkan mati terkena kutuk dan akan dikirimkan ekspedisi untuk menghukumnya bersama keluarganya.

Isi prasasti Talang Tuo berupa doa dedikasi yang menggambarkan aliran Buddha yang dianut pada masa Sriwijaya, yaitu Mahayana.

Selain itu, dalam 14 baris kalimatnya, diceritakan pembangunan sebuah taman oleh Sri Jayanasa demi kesejahteraan semua makhluk pada abad ke-7.

Prasasti ini terdiri dari 13 baris teks yang ditulis dalam aksara Pallawa dengan bahasa Melayu Kuno.

Isinya mirip dengan beberapa prasasti lain dari Sriwijaya, yang mengandung kutukan bagi siapa saja di Bhumi Jawa dan Lampung yang berbuat jahat dan tidak tunduk kepada Sriwijaya.

Meskipun sebagian besar tulisannya telah pudar, prasasti yang berasal dari tahun 997 Masehi ini, berisi penetapan suatu daerah sebagai sima atau wilayah bebas pajak.

Prasasti yang memuat 12 atau 13 baris tulisan dalam huruf Pallawa dan Bahasa Melayu Kuno ini terdapat kata-kata kutukan sebagaimana beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Bungkuk menunjukkan bawah jangkauan wilayah Sriwijaya meliputi Way Sekampung, Lampung.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/04/16/190000579/10-peninggalan-kerajaan-sriwijaya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke