Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjuangan Pangeran Mangkubumi

Ia lahir pada 5 Agustus 1717 M dan merupakan putra ke-13 Sunan Amangkurat IV dengan Mas Ayu Tejawati.

Nama kecil Pangeran Mangkubumi adalah Bendara Raden Mas Sujana.

Saat masih belia, ia sudah diangkat menjadi pangeran oleh Pakubuwono II yang merupakan kakak tirinya.

Pangeran Mangkubumi diangkat agar mendapatkan gelar sama dengan pamannya yang juga bernama Mangkubumi.

Sejak kecil, ia sudah dekat dengan Pakubuwono II. Ketika usianya menginjak 20 tahun, Mangkubumi sudah mengemban tugas menggantikan Pangeran Arya Mangkunegara dan Patih Danureja.

Ia juga turut memegang peranan penting dalam pembangunan Istana Surakarta.

Perlawanan Mangkubumi

Dalam negara tradisional seperti Mataram, seorang raja bukan hanya berperan sebagai penguasa, tetapi juga pemersatu pihak-pihak yang memiliki peran penting dalam pemerintahan.

Mangkubumi pernah menjadi korban ketidaktegasan seorang raja. Hal itu membuatnya bertekad untuk menciptakan keutuhan negara di bawah kepimpinan raja yang bijaksana.

Hingga suatu hari, ia meninggalkan istana untuk melakukan perlawanan pada sang kakak.

Di sisi lain, Susuhunan Pakubuwono II mengeluarkan maklumat 1745 berisikan sayembara bahwa orang yang dapat mengalahkan Raden Mas Said dan Pangeran Martapura akan mendapatkan hadiah tanah Sukawati seluas 3.000 cacah.

Sementara itu, Raden Mas Said atau Pangeran Sambenyawa merupakan sosok yang sangat ditakuti oleh rakyat.

Pangeran Mangkubumi pun terpaksa maju sendiri menuju medan perang melawan Pangeran Sambernyawa dengan tombak pusaka keraton, Kyai Plered.

Dalam pertarungan ini, Mangkubumi berhasil mengalahkan Pangeran Sambenyawa.

Sesuai dengan sayembara, Pakubuwono II berhak atas hadiah yang dijanjikan, tetapi ia digagalkan oleh hasutan Patih Pringgalaya.

Hal itu membuat Mangkubumi marah dan dendam kepada Patih Pringgalaya.

Situasi kembali memanas setelah wilayah pesisir utara disewakan kepada VOC seharga 20.000 real tiap tahunnya.

Para bangsawan menilai keputusan Pakuwono II sangat merugikan.

Uang 20.000 dianggap terlalu sedikit dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh jika wilayah tersebut dikelola sendiri.

Dinobatkan sebagai raja

Pada akhir 1749, kondisi kesehatan Paku Buwono II terus memburuk hingga akhirnya wafat.

Kemudian, posisinya digantikan oleh Paku Buwono III.

Di sisi lain, pertarungan antara Pangeran Mangkubumi dan Sambernyawa semakin sengit.

Akibatnya, garis depan VOC terdesak dan pasukannya banyak yang tewas.

Dalam kurun waktu beberapa bulan, hampir seluruh wilayah Mataram dikuasai Pangeran Mangkubumi.

Hingga akhirnya, disepakatilah Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang menandai pecahnya Kerajaan Mataram Islam.

Pangeran Mangkubumi kemudian dinobatkan sebagai raja pertama Kesultanan Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Referensi:

  • Kresna, Ardian. (2011). Sejarah Panjang Mataram. Jogjakarta: Diva Press

https://www.kompas.com/stori/read/2024/02/19/152231979/perjuangan-pangeran-mangkubumi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke