Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tutankhamun, Firaun yang Berkuasa Sejak Usia 9 Tahun

Masa hidup dan pemerintahan Firaun Tutankhamun sangat singkat, karena ia meninggal pada usia 19 tahun.

Selain fakta bahwa Tutankhamun menjadi raja sejak belia, tidak banyak cerita fenomenal di masa pemerintahannya.

Namanya hampir tidak dikenal sebelum penemuan makamnya pada 1922.

Makam Tutankhamun yang ditemukan dalam kondisi utuh bersama tumpukan harta karun yang menyertainya, mengungkap banyak hal tentang kehidupan era Mesir Kuno.

Sejak itu, Tutankhamun menjadi salah satu firaun paling mengundang perhatian dunia.

Lahir dengan nama Tutankhaten

Melansir History, Tutankhamun atau Tutankhamen adalah cucu dari Firaun Agung Amenhotep III.

Tutankhamun diyakini sebagai putra Akhenaten atau Amenhotep IV, yang ketika lahir dinamai Tutankhaten.

Tutankhamun lahir pada masa Dinasti ke-18 Mesir Kuno, yang kekuasaannya berlangsung dari 1550 SM hingga 1295 SM.

Ayah Tutankhamun dikenal sebagai firaun yang kontoversial karena mengubah sistem keagamaan yang sudah diyakini masyarakat Mesir Kuno selama berabad-abad.

Akhenaten meninggalkan politeisme dan hanya menyembah satu dewa, yakni dewa matahari Aten, kemudian memindahkan pusat ibadah Mesir Kuno dari Thebes ke Amarna.

Ketika putranya lahir, Akhenaten bahkan memilih nama Tutankhaten, yang berarti "gambaran dari Aten".

Selama sekitar 17 tahun memerintah, Akhenaten menciptakan banyak musuh karena ia dianggap sebagai pembawa agama baru.

Ketika Akhenaten meninggal pada 1336 SM, dua firaun sempat melakukan intervensi dan memerintah dalam waktu singkat.

Pada akhirnya, Tutankhaten yang baru berusia 9 tahun, dapat naik takhta, dan dipanggil sebagai Raja Tut.

Memerintah sejak usia 9 tahun

Di awal pemerintahannya, Tutankhaten mengembalikan sistem keagamaan kerajaan seperti sebelum era sang ayah.

Raja Tut juga secara resmi mengubah namanya menjadi Tutankhamun, yang berarti "gambaran dari Amun", dewa tertinggi Mesir Kuno.

Sedangkan untuk gelarnya, Tutankhamun bergelar Nebkheperure, yang mengacu pada dewa matahari kuno, Re.

Semasa memerintah, Tutankhamun didampingi dua penasihatnya, Horemheb dan Ay, yang nantinya juga menjadi firaun.

Di usia mudanya, Firaun Tutankhamun menikah dengan Ankhesenamun, putri Akhenaten dan Ratu Nefertiti.

Anak Tutankhamun dan Ankhesenamun tidak ada yang bertahan hidup. Dua mumi janin yang ditemukan di makam Tutankhamun diduga sebagai putrinya yang meninggal sejak dalam kandungan (stillborn).

Sejarawan tidak menemukan pencapaian fenomenal dari masa pemerintahan Tutankhamun yang singkat.

Tutankhamun adalah raja belia yang cenderung kurang dikenal pada masanya.

Beberapa ahli bahkan berteori bahwa penasihat kerajaan dan tokoh agama mungkin hanya menggunakan Tutankhamun sebagai raja boneka untuk merebut kekuasaan bagi diri mereka sendiri.

Teori lain menyatakan bahwa Tutankhamun sengaja tidak dianggap karena ia merupakan putra Akhenaten, yang dimusuhi karena pandangan agamanya.

Kematian Tutankhamun

Makam Tutankhamun ditemukan pada 1922. Penemu makam Tutankhamun di Lembah Para Raja di Mesir adalah arkeolog Inggris, Howard Carter.

Pada saat itu, para arkeolog percaya bahwa semua makam kuno di Lembah Para Raja, yang dikenal sebagai pekuburan kerajaan bagi firaun dan bangsawan Mesir kuno, telah ditemukan semua.

Penemuan makam Tutankhamun tentunya membawa angin segar bagi peminat sejarah.

Terlebih, makam Tutankhamun dalam kondisi paling utuh apabila dibandingkan dengan semua makam yang pernah ditemukan di Lembah Para Raja, yang umumnya telah dijarah harta karunnya.

Padahal, tumpukan harta karun yang sesuai tradisi Mesir Kuno dimaksudkan untuk menemani firaun ke akhirat, dapat mengungkap banyak hal tentang kehidupan pada masa lampau.

Tutankhamun diperkirakan meninggal pada 1324 SM dalam usia 19 tahun.

Tutankhamun dimumikan sesuai tradisi Mesir Kuno, yang percaya bahwa jenazah kerajaan harus dipelihara dan dibekali untuk kehidupan di akhirat.

Organ-organ Tutankhamun dikeluarkan dan dibungkus dengan perban yang direndam dalam resin, sedangkan bagian kepala hingga bahunya ditutup menggunakan topeng berlapis emas seberat 24 pon.

Di ruang peristirahatan terakhir Tutankhamun terdapat harta karun seperti tiga peti emas, sebuah sarkofagus granit, dan empat peti kayu berlapis emas.

Selain itu, terdapat lebih dari 5.000 artefak, termasuk perabotan, kereta, pakaian, senjata, dan tongkat raja.

Melihat ukuran ruang pemakaman yang relatif kecil, para sejarawan berpendapat bahwa Tutankhamun meninggal secara mendadak dan penguburannya dilakukan dengan tergesa-gesa oleh Ay, yang menggantikannya sebagai firaun.

Banyak teori bermunculan terkait penyebab meninggalnya Tutankhamun di usia remaja.

Ada yang menduga ia dibunuh atau meninggal karena malaria, atau penyakit mematikan lainnya.

Ada pula yang berhipotesis bahwa bagian dada mumi Tutankhamun, yang tidak memiliki tulang rusuk dan tulang dada, mungkin hancur karena kecelakaan atau terjatuh dari kereta dorongnya.

Pendapat lain menyatakan bahwa kemungkinan besar Raja Tut meninggal dalam keadaan cacat akibat penyakit tulang yang melumpuhkan kaki kirinya.

Pandangan itu menunjuk pada bukti adanya kaki pengkor dan tongkat di ruang pemakaman yang mungkin digunakan sang firaun untuk membantunya berjalan.

Tutankhamun juga menjadi satu-satunya firaun yang digambarkan pernah memanah dalam keadaan duduk.

Cacat fisik pada Tutankhamun diduga akibat tradisi perkawinan sedarah yang banyak dilakukan keluarga kerajaan Mesir Kuno.

Hasil tes DNA yang diterbitkan pada 2010 membuktikan bahwa Tutankhamun adalah hasil pernikahan sedarah.

Bahkan Tutankhamun sendiri menikahi saudara tirinya, Ankhesenamun, dan dua anak mereka tidak ada yang lahir dengan selamat.

Terlepas dari penyebabnya, CT Scan pada 1995 menunjukkan bahwa Tutankhamun mengalami patah kaki kiri akibat infeksi.

Penelitian juga mengungkap adanya beberapa infeksi malaria. Sebab-sebab itu semua diduga berkontribusi pada kematian dini Tutankhamun.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/12/21/120000479/tutankhamun-firaun-yang-berkuasa-sejak-usia-9-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke