Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jejak Kedatangan dan Perkembangan Etnis China di Nusantara

Dari perjalanan Fa Hsien pada abad ke-5 hingga migrasi besar etnis China pada akhir abad ke-19, setiap episodenya menyimpan nilai dan kontribusi yang tidak dapat diabaikan.

Berikut ini jejak sejarah serta peran masyarakat etnis China dalam keragaman budaya Indonesia.

Kedatangan awal orang Tionghoa di Nusantara

Kedatangan awal masyarakat etnis China di Nusantara terjadi pada abad ke-5 (414 SM) oleh seorang pendeta Tiongkok bernama Fa Hsien.

Pada saat itu, Fa Hsien tidak memiliki tujuan ke Nusantara, melainkan ingin kembali pulang ke China selama perjalanannya dari India. 

Namun, perjalanan ini tidak berlalu mulus karena kapal yang membawa Fa Hsien mengalami kerusakan parah akibat badai.

Hal ini mengakibatkan ia terdampar di Pulau Jawa, tepatnya di daerah Tarumanegara yang dalam bahasa China disebut To-lo-mo.

Dalam catatan perjalanannya, Fa Hsien memberikan gambaran tentang Tarumanegara yang merupakan sebuah kerajaan Hindu dan terletak di aliran Sungai Citarum.

Ia juga mencatat bahwa pada waktu tersebut, belum ada seorang pun keturunan China yang menetap di Pulau Jawa.

Perjalanan dan catatan tersebut menjadi cikal bakal dari jejak kehadiran masyarakat etnis China di Nusantara yang kemudian diikuti oleh dua pendeta lainnya, Hsuen Tsang (629-645 SM) dan I Tsing (671 SM).

I Tsing bahkan tidak hanya mengunjungi Sriwijaya, tetapi juga tinggal di sana selama 14 tahun.

Oleh karena itu, ia menjadi pendeta Buddha China pertama yang melakukan perjalanan ke India dan menetap di Sriwijaya.

Perkembangan migrasi orang China ke Nusantara

Pada abad IX, kedatangan orang China ke Nusantara terjadi selama Dinasti Tang (618-907 M).

Mereka pertama kali mendarat di Palembang yang merupakan pusat perdagangan kerajaan Sriwijaya.

Selanjutnya, mereka menjelajahi Pulau Jawa untuk mencari rempah-rempah dan akhirnya menetap di sana.

Kedatangan orang-orang China di Nusantara dapat dibedakan menjadi beberapa tahap.

Tahap pertama terjadi saat Nusantara masih diperintah oleh raja-raja. Kala itu, kedatangan mereka lebih bertujuan untuk dagang dan tidak membentuk komunitas yang menetap.

Perantauan orang China ke Nusantara, terutama untuk kepentingan perdagangan, mulai muncul pada periode Dinasti Ming, tepatnya pada akhir abad ke-XIV.

Pada saat itu, dilaporkan bahwa beberapa pedagang China telah menetap di Palembang dan Temasik (Singapura).

Fenomena ini berlanjut hingga masa pemerintahan Kerajaan Melaka yang berlangsung sejak 1400 hingga 1511.

Mereka datang sesuai dengan musim angin yang merupakan sarana pelayaran utama.

Meskipun berlangsung selama berabad-abad, tahap ini berlangsung lambat dan tidak menunjukkan eksistensi yang berarti.

Sementara itu, menurut Pramoedya Ananta Toer dalam Hoakiau di Indonesia, pada masa pemerintahan Airlangga, telah ada koloni China di Tuban, Gresik, Jepara, Lasem, dan Banten.

Hal tersebut dikarenakan orang-orang China dapat diterima dan hidup berdampingan dengan penduduk pribumi setempat.

Tahap kedua, terjadi setelah bangsa Eropa datang di wilayah Asia Tenggara pada abad XVI.

Kehadiran orang-orang Eropa, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda, membuat wilayah Asia Tenggara semakin ramai.

Mereka mulai menjadikan beberapa pelabuhan di kawasan itu sebagai pusat kegiatan ekonomi.

Situasi tersebut mendorong migrasi bangsa China yang semakin meningkat dan menjadikan peluang bagi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam berdagang.

Selain itu, situasi tersebut juga memungkinkan orang-orang China untuk tinggal di wilayah Nusantara dalam waktu lama. 

Tahap ketiga, ketika kekuasaan Nusantara berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda, telah banyak ditemukan permukiman masyarakat China di beberapa daerah Indonesia, seperti Kalimantan Barat, Pantai Timur Sumatra, dan sepanjang Pesisir Utara Jawa.

Tahap itu menandai perkembangan bangsa China dalam jumlah yang besar di Nusantara.

Keberadaan mereka tidak hanya didorong oleh kepentingan dagang, tetapi juga kebutuhan ekonomi.

Bahkan, Belanda sengaja mendatangkan orang-orang China untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja bagi proyek pertambangan dan perkebunan di Nusantara.

Selain itu, ada juga beberapa orang-orang China yang datang ke Nusantara dan menjadi saudagar kaya raya.

Pada abad XVII, banyak daerah partikelir di sekitar Batavia yang dijadikan sebagai wilayah perkebunan tebu dan dikelola oleh orang-orang China.

Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811) banyak menjual tanah-tanah pertanian kepada orang-orang China.

Pada permulaan abad XIX, jumlah penduduk China du Batavia lebih dari 100.000 orang, sedangkan penduduk Pulau Jawa diperkirakan 5 juta orang.

Penyebab migrasi orang-orang China

Pada 1416, seorang penulis China yang ikut dalam ekspedisi Laksamana Cheng Ho, Ma Huan, menyampaikan laporan menarik tentang keberadaan komunitas pedagang Tionghoa di kota-kota pantai utara Jawa.

Migrasi besar-besaran orang China ke Nusantara kemudian terjadi karena dua alasan utama.

Pertama, ada pemberontakan di daratan China ketika kekuasaan beralih dari dinasti Ming ke dinasti Manchu.

Hal ini mendorong orang-orang yang kalah untuk meninggalkan China karena menghadapi kejaran dan perlakuan tidak adil.

Jumlah penduduk China yang bertambah pesat menyebabkan kondisi sulit bagi para petani karena semakin terbatasnya sumber daya dan lahan pertanian.

Selain itu, faktor lain yang memicu migrasi adalah pembukaan kembali perdagangan China dengan wilayah Asia Tenggara.

Hal ini sebagai hasil dari keberhasilan pasukan Ching dalam peperangan di Formosa.

Dengan demikian, kondisi di China pada masa Dinasti Ming menjadi pemicu utama untuk semakin banyaknya orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke kawasan Asia Tenggara, termasuk wilayah Nusantara.

Kejadian ini juga bersamaan dengan kedatangan orang Eropa ke China pada awal abad ke-16, membuka jalan ke arah Laut Selatan (Nan Yang), termasuk Nusantara.

Pada pergantian abad ke-19 hingga awal abad ke-20, terjadi lonjakan migrasi besar-besaran masyarakat China ke Nusantara. Lonjakan ini dipicu oleh dua faktor utama.

Pertama, terdapat perubahan signifikan dalam kebijakan pemerintah China terhadap para migran.

Mereka tidak lagi dianggap rendah, sebaliknya didukung dan dihargai karena sumbangan finansial yang mereka bawa untuk keluarga.

Akibatnya, larangan meninggalkan China dicabut dan pemerintah membuka pintu lebar bagi orang Tionghoa yang ingin mencari peluang di luar negeri.

Kedua, meningkatnya pemberontakan dan kerusuhan di daratan China turut mendorong orang Tionghoa untuk mencari perlindungan dan stabilitas di Nusantara.

Kombinasi dari dua faktor ini membentuk gelombang migrasi orang-orang China yang mengubah lanskap sosial dan budaya di wilayah Nusantara.

Referensi: 

  • Fatoni, A. (2021). Jejak Kebudayaan Tionghoa di Nusantara. Arsip Publikasi Ilmiah Biro Administrasi Akademik.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/10/080000879/jejak-kedatangan-dan-perkembangan-etnis-china-di-nusantara

Terkini Lainnya

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke