Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Penyebab Terjadinya Perang Saudara di Kerajaan Banten?

Perang saudara melibatkan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683) dengan putranya, Sultan Haji (1683-1687).

Apa penyebab terjadinya perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji?

Penyebab perang saudara di Banten

Perang saudara yang terjadi di Banten disebabkan oleh perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji.

Perbedaan paham antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji diperkeruh oleh politik adu domba VOC, yang akhirnya melahirkan perang saudara di Kerajaan Banten.

Bagi VOC, Banten dianggap strategis. Di samping menjadi bandar pengekspor lada terbesar di Jawa pada abad ke-17, lokasinya yang dekat dengan Batavia dianggap berpotensi mengancam kedudukan VOC.

Dengan menaklukkan Banten, VOC juga dapat mengurangi musuhnya. Pasalnya, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai pemimpin Banten yang gigih memerangi pemerintah Belanda.

Pada 1671, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat Sultan Haji, yang saat itu berstatus sebagai putra mahkota, sebagai raja pembantu yang bertanggung jawab atas urusan dalam negeri kerajaan.

Sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa bertanggung jawab atas urusan luar negeri dibantu oleh putranya yang lain, Pangeran Arya Purbaya.

Pemisahan urusan pemerintahan di Banten tercium oleh VOC, yang segera memanfaatkannya untuk menerapkan politik adu domba.

VOC menghasut Sultan Haji bahwa hal itu dilakukan karena Sultan Ageng Tirtayasa berencana mengangkat Pangeran Purbaya sebagai raja.

Politik adu domba VOC membuat Sultan Haji tersulut dan berselisih dengan sang ayah.

Siasat VOC bahkan berhasil membuat Sultan Haji mau bekerja sama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.

Sebagai imbalan membantu Sultan Haji merebut kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa, VOC mengajukan beberapa persyaratan yang merugikan Kerajaan Banten.

Dengan bantuan VOC, Sultan Haji menyerang ayahnya sendiri pada 1681 dan berhasil menguasai Keraton Surosowan.

Sultan Ageng Tirtayasa sempat merebut Keraton Surosowan kembali, dan Sultan Haji yang berada di bawah perlindungan Belanda diamankan ke loji VOC.

Kemudian pada 7 April 1682, dengan kekuatan yang besar, VOC menyerang Keraton Surosowan dan membebaskan loji VOC yang dikepung pasukan Sultan Ageng Tirtayasa.

Pertempuran Sultan Haji dan ayahnya berlangsung sengit, karena Sultan Ageng Tirtayasa terus melakukan perlawanan dengan dibantu pasukan dari Makassar, Bali, dan Melayu.

Dalam serangkaian peperangan dari perang saudara di Kerajaan Banten, dua belah pihak sama-sama kehilangan banyak pasukan.

Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya berhasil ditangkap dan dipenjara di Batavia, sehingga harus menyerahkan kekuasaannya kepada Sultan Haji.

Lengsernya Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya kekuasaan VOC.

Meski Sultan Haji diangkat menjadi Sultan Banten selanjutnya, namun pengangkatan tersebut disertai beberapa persyaratan yang merugikan kerajaan.

Salah satu dampak dari perang saudara di Kerajaan Banten adalah Kerajaan Banten mengalami kemunduran dan akhirnya dihapuskan pada awal abad ke-19.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/12/120000479/apa-penyebab-terjadinya-perang-saudara-di-kerajaan-banten-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke