Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Saja Operasi Militer Pemberontakan DI/TII?

Gerakan ini memiliki pasukan yang bernama Tentara Islam Indonesia (TII) sehingga kerap disebut sebagai DI/TII.

Di Indonesia, pemberontakan DI/TII pernah terjadi di lima kota, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Aceh.

Untuk menumpas pemberontakan DI/TII, ada empat operasi militer yang dikerahkan, sebagai berikut:

  • Operasi Pagar Betis
  • Operasi Gerakan Benteng Nasional
  • Operasi Bharatayudha
  • Operasi 17 Agustus

Berikut penjelasannya.

Operasi Pagar Betis

Operasi Pagar Betis adalah operasi militer yang digerakkan untuk menumpas pemberontakan DI/TII di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949.

Dalam operasi ini, ratusan ribu tenaga rakyat dikerahkan untuk mengepung tempat persembunyian DI/TII.

Pagar Betis merupakan singkatan dari Pasukan Garnisun Berantas Tentara Islam.

Operasi Pagar Betis dipimpin oleh AH Nasution, yang bertujuan untuk mempersempit ruang gerak DI/TII.

Setelah sekitar tiga tahun berjuang, akhirnya pemimpin DI/TII di Jawa Barat, yaitu Kartosuwiryo, berhasil ditangkap pada 4 Juni 1962.

Tokoh yang menangkap Kartosuwiryo adalah Letda Suhanda, pemimpin Kompi C Batalyon 328 Kujang II/Siliwangi.

Dengan tertangkapnya Kartosuwiryo, gerakan DI/TII di Jawa Barat resmi berakhir.

Gerakan Benteng Nasional

Untuk menumpas gerakan DI/TII di Jawa Tengah, Kolonel Gatot Subroto selaku Panglima Divisi III/Gubernur Militer III mengeluarkan instruksi siasat Nomor 130/PS/KS/MOB/1979 pada 30 Desember 1949.

Bunyi instruksi tersebut adalah pembentukan Komando Operasi Satuan Tugas Gabungan.

Bentuk dari Operasi Satuan Tugas Gabungan ini adalah Gerakan Benteng Nasional (GBN).

Gerakan Benteng Nasional terdiri dari Satuan-Satuan Tempur Divisi Siliwangi, Divisi Diponegoro, dan Divisi Brawijaya.

Tujuan dibentuknya Gerakan Benteng Nasional adalah memisahkan antara Darul Islam yang dipimpin Amir Fatah di Jawa Tengah dengan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin Kartosuwiryo.

Sejak dibentuk, GBN terus melancarkan serangannya sehingga tidak ada kesempatan bagi pasukan DI/TII untuk beristirahat.

Pada akhirnya, tanggal 22 Desember 1950, Amir Fatah bersama komplotannya berhasil ditangkap di Desa Cisayong, Tasikmalaya.

Karena ulahnya ini, Amir Fatah mendekam di penjara selama dua tahun.

Operasi Bharatayudha

Operasi Bharatayudha merupakan operasi militer yang bertugas menumpas gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

Butuh waktu lama bagi Operasi Bharatayudha untuk menyelesaikan pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan, yakni selama 12 tahun.

Kendati begitu, pemimpin gerakan DI/TII Sulawesi Selatan, yaitu Kahar Muzakkar berhasil ditembak mati, yang menjadi tanda berakhirnya pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

Operasi 17 Agustus

Operasi 17 Agustus dibentuk untuk menumpas gerakan DI/TII di Aceh.

Gerakan DI/TII Aceh dipimpin oleh Daud Beureueh, yang terjadi karena kekecewaan mereka terhadap Presiden Soekarno.

Sebab, Presiden Soekarno dianggap berbohong setelah menjanjikan Aceh boleh menerapkan syariat Islam dan tetap menjadi salah satu provinsi di Indonesia.

Ungkapan kekesalan Daud ditunjukkan dengan cara menggabungkan diri bersama Kartosuwiryo, pemimpin gerakan DI/TII di Jawa Barat.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi gerakan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu secara militer dan diplomasi.

Operasi militer dilakukan dengan Operasi 17 Agustus.

Namun, pada akhirnya, DI/TII Aceh berhasil diselesaikan secara musyawarah.

Pemerintah pusat memberikan hak otonomi kepada Aceh sebagai provinsi yang disebut Daerah Istimewa Aceh dan diizinkan menerapkan syariat Islam.

Gerakan DI/TII Aceh pun berhenti pada 1962.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/30/121515479/apa-saja-operasi-militer-pemberontakan-di-tii

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke