Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lagu Halo-Halo Bandung dalam Kemelut Masa Revolusi

Lagu tersebut populer sejak masa revolusi kemerdekaan dan bergema di sudut-sudut kota di Indonesia.

Adanya muatan patriotisme dalam liriknya, memang dipengaruhi oleh latar kondisi penciptanya ketika melahirkan lagu tersebut.

Lahirnya Lagu Halo-Halo Bandung

Ada berbagai versi tentang kapan dan siapa yang kali pertama menciptakan lagu tersebut. Ismail Marzuki diyakini secara umum sebagai penciptanya.

Ismail Marzuki menulis lagu ini saat ia tinggal di Bandung bersama istrinya ketika Jakarta diduduki Inggris dan Belanda.

Namun belum lama menetap di Bandung, muncul perintah pengosongan kota dan pembakaran atas perintah pejuang. Bandung kemudian berubah menjadi lautan api.

Ismail Marzuki yang telah kembali lagi ke Jakarta kemudian menciptakan lagu Halo-Halo Bandung atas dasar rindu terhadap keelokan kota tersebut.

Versi lain mengenai terciptanya lagu ini, menyebut adanya sebuah sayembara cipta lagu pada tahun 1946 di tengah maraknya pentas seni bertemakan perjuangan.

Dalam sayembara itu sebagai jurinya adalah Pak Kasur yang kemudian menuturkan bahwa lagu Halo-Halo Bandung diciptakan seorang komponis bernama Tobing.

Lagu yang diciptakan Tobing ini kemudian mulai banyak digaungkan oleh rakyat Indonesia karena temponya 4/4 yang cocok untuk menggugah semangat perjuangan.

Populernya Lagu Halo-Halo Bandung

Lagu Halo-Halo bandung sangat cepat menyebar di kalangan masyarakat luas baik dari mulut ke mulut maupun siaran radio pada masa revolusi.

Menurut pemberitaan surat kabar Berita Harian pada tanggal 7 September 1946, di mana-mana ada gema nyanyian lagu Halo-Halo Bandung.

Di tengah-tengah sawah, di dalam warung, di sectie post, di atas truk, di pancuran tempat mandi... Pendeknya, ke mana saja kita pergi, selalu terdengar lagu Halo-halo Bandung, ciptaan pahlawan muda, yaitu saudara Tobing.

Lirik lagu yang disenandungkan oleh rakyat Indonesia kala itu menurut berita surat kabar tersebut berbunyi demikian,

Halo, halo, Bandung // Ibukota Periangan // Halo, halo Bandung // Kota kenang-kenangan // Sudah lama beta, // Tidak bertemu dengan kau // Tetapi sekarang // sudah menjadi lautan api// Mari bung… rebut kembali.....

Pengaruh di Berbagai Daerah

Lagu ini juga disenandungkan oleh para prajurit-prajurit di medan pertempuran atau sepulangnya maupun keberangkatannya.

Pentingnya sebuah lagu sebagai media pengobar semangat rakyat juga mengilhami Divisi Siliwangi juga membuat mars dan yel-yel pasukannya dan berbagai judul.

Lagu Halo-Halo Bandung dalam perkembangan selanjutnya menjadi landasan masyarakat di berbagai daerah menciptakan lagu Halo-Halo Bandung versi kota masing-masing.

Di Sunda, lagu tersebut diubah dalam bahasa Sunda serta sedikit perubahan dalam liriknya. Demikian juga di Banten, Jakarta, Semarang, dan kota lainnya dengan muatan kondisi masing-masing di daerahnya.

Referensi:

  • Adeng, A. (2012). Peranan Seniman dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia. Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research, 4(2), 227-238.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/06/13/100000879/lagu-halo-halo-bandung-dalam-kemelut-masa-revolusi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke