Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Yeti dan Catatannya dalam Sejarah

Yeti adalah sebuah makhluk misterius dan mengerikan yang juga biasa disebut manusia salju.

Dalam berbagai kisah yang beredar, Yeti digambarkan memiliki bentuk tubuh seperti manusia, tetapi sekujur tubuhnya tertutup dengan bulu yang sangat lebat.

Selama bertahun-tahun, rumor mengenai keberadaan Yeti sudah menjadi cerita yang populer bagi para pendaki yang menjajaki dataran tinggi Himalaya.

Ada juga beberapa laporan mengenai penampakan serta bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sosok yeti memang ada.

Yeti dalam sejarah

Sejarah mengenai Yeti bermula dari cerita rakyat yang disebarkan oleh masyarakat Himalaya.

Mereka kerap bercerita tentang sebuah makhluk yang berukuran besar dan berotot bak manusia yang ditutupi oleh bulu putih.

Konon, makhluk ini tinggal di pegunungan Asia, tepatnya di dataran tinggi Himalaya yang tertutup salju.

Berdasarkan kisah yang disebarkan, Yeti kerap dideskripsikan sebagai hewan berbahaya dan digunakan untuk memperingatkan penduduk serta anak-anak setempat tentang bahaya menjelajah terlalu jauh ke luar desa dan mendorong mereka untuk tetap dekat dengan kediamannya.

Sejak saat itu, kisah mengenai “Yeti” ini pun semakin merebak ke seluruh negara, seperti di Rusia, China, Nepal, dan seluruh dunia.

Dulunya disebut Abominable Snowman

Sebelum dikenal dengan sebutan Yeti, makhluk ini dulunya disebut Abominable Snowman.

Istilah Abominable Snowman sendiri diciptakan pada tahun 1921, ketika Letnan Kolonel Charles Howard-Bury memimpin ekspedisi pengintaian Gunung Everest.

Pasalnya, ketika sedang memimpin ekspedisi, Charles menemukan sebuah jejak kaki raksasa, yang ia kira merupakan bekas jejak kaki serigala berukuran besar.

Namun, menurut Sherpa, yaitu komunitas yang hidup di ketinggian rata-rata 12.000 kaki di Nepal Timur dan sebagian besar merupakan pemandu bagi para pendaki, menyebutkan bahwa itu merupakan jejak milik “Manusia Liar Salju”, yang mereka sebut metohkangmi, atau yang sekarang lebih populer dengan nama Yeti.

Metoh sendiri berarti manusia-beruang, sedangkan kangmi adalah manusia salju.

Yeti pada abad ke-19

Pada 1832, Journal of the Asiatic Society of Bengal karya James Prinsep menerbitkan kisah pendaki B.H. Hodgson tentang pengalamannya di Nepal Utara.

Konon, pemandu lokalnya sempat melihat makhluk tinggi berkaki dua yang ditutupi rambut hitam panjang, yang tampak lari ketakutan.

Hodgson kemudian menyimpulkan makhluk tersebut adalah orangutan.

Kemudian, pada 1899, terdapat laporan mengenai makhluk mirip kera besar yang meninggalkan jejak. Namun, diduga jejak tersebut merupakan bekas tapak kaki seekor beruang besar.

Abad ke-20

Pada tahun 1951, seorang pendaki asal Inggris bernama Eric Shipton sedang mencari rute alternatif dalam pendakiannya di Gunung Everest.

Tidak disangka, di tengah pendakiannya itu, Eric menemukan sebuah bekas tapak kaki raksasa yang berbentuk seperti kaki manusia.

Foto tapak kaki tersebut ia ambil di Merlung Glacier, barat Gunung Everest di perbatasan Nepal-Tibet.

Eric Shipton sendiri dikenal sebagai pendaki yang sangat dihormati pada zamannya. Oleh sebab itu, ketika ia membawa foto tersebut, maka dapat dipastikan foto itu diambil secara nyata.

Kendati begitu, tidak ada bukti yang mengatakan bahwa foto yang diambil oleh Eric Shipton merupakan foto tapak kaki makhluk Yeti.

Pada 1960, Sir Edmund Hillary, orang pertama yang mendaki Gunung Everest berusaha mencari tahu tentang keberadaan Yeti.

Pasalnya, ia menemukan sesuatu yang diklaim sebagai kulit kepala Yeti.

Akan tetapi, para ilmuwan kemudian menyimpulkan bahwa kulit kepala yang berbentuk helm itu sebenarnya terbuat dari serow, hewan Himalaya yang mirip dengan kambing.

Dengan demikian, belum ada bukti konkrit yang menunjukkan bahwa Yeti benar-benar ada.

Referensi:

  • Taylor, Daniel. (1995). Something Hidden Behind the Ranges: An Himalayan Quest. San Fransisco: Mercury House.
 

https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/20/110000079/yeti-dan-catatannya-dalam-sejarah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke