Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bentuk Perjuangan Indische Partij

Pendiri Indische Partij adalah E.F.E Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), tiga tokoh yang disebut sebagai Tiga Serangkai.

Meski IP hanya bertahan beberapa bulan, yakni hingga 4 Maret 1913, peranannya dalam perjuangan meraih kemerdekaan tidak dapat dianggap remeh.

Apa bentuk perjuangan dari Indische Partij?

Perjuangan atau peranan Indische Partij

Salah satu bentuk perjuangan Indische Partij adalah lantang mengkritik pemerintah Belanda.

Usia Indische Partij (IP) sangat pendek karena organisasi ini dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda.

IP dianggap bersikap radikal karena lantang mengkritik pemerintah Belanda dan secara terang-terangan menuntut kemerdekaan Indonesia.

Sejak awal, salah satu tujuan Indische Partij adalah ingin melenyapkan segala perbedaan, sehingga keanggotaannya terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat, baik orang Indo atau pribumi.

IP menyatakan bahwa nasionalisme merupakan hal paling penting, sehingga harus diperjuangkan, dan dengan tegas menyatakan kemerdekaan Indonesia mesti dicapai dari pemerintah kolonial Belanda.

Di bidang pendidikan, dinyatakan perlunya pendidikan bersifat Indonesia-sentris, agar bangsa Indonesia mengetahui kebudayaan dan sejarah bangsanya sendiri.

Melalui pendidikan pula, IP berharap bangsa Indonesia bisa mengembangkan sifat-sifat percaya diri dan berani membela kebenaran.

Bentuk perjuangan Indische Partij tampak dalam semboyan-semboyan yang digaungkannya, yang berbunyi "Indie los van Holland" (Hindia bebas dari Belanda) dan "Indie voor Indier" (Indonesia untuk orang Indonesia).

IP sangat berani dalam menghadapi sistem kolonial Belanda, salah satu contohnya pernah menuntut dihapusnya eksploitasi rakyat.

Menurut Indische Partij, eksploitasi dapat dihapus apabila Hindia Belanda memperoleh kemerdekaan.

Pemerintah Belanda, yang menganggap aksi IP radikal, mulai mengambil sikap.

Gubernur Jendral Idenburg menolak permohonan IP untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum karena dianggap membangkitkan rasa nasionalisme rakyat yang dapat merusak keamanan umum dan bergerak untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Meski dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda, perjuangan Indische Partij tidak berhenti.

Tahun 1913, dalam rangka peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Perancis, pegawai kolonial melakukan penarikan pajak dan iuran kepada rakyat Indonesia.

Ki Hajar Dewantara lantas menulis kritik satire dan sarkas untuk pemerintah kolonial yang diberi judul Als ik eens Nederlander was (Andai Aku Seorang Belanda).

Pendiri IP lainnya, Tjipto Mangoenkoesoemo menulis artikel bernada sama yang dimuat dalam De Express pada 26 Juli 1913 berjudul Kracht of Vrees.

Begitu pula dengan Douwes Dekker, yang menyuarakan kritik melalui tulisan berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan Kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat).

Tulisan-tulisan yang bersifat sarkas dan sangat revolusioner tersebut menyebabkan tiga tokoh Indische Partij ditangkap kemudian diasingkan ke negeri Belanda.

Mereka dianggap sangat mengkhawatirkan dan menjadi ancaman, yang memicu sikap keras dari pemerintah Belanda.

Penangkapan mereka membuat Indische Partij lemah dan akhirnya berganti nama menjadi Insulinde.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/18/100000379/bentuk-perjuangan-indische-partij

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke