Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kerajaan yang Berperan Mengembangkan Agama Buddha di Nusantara

Sejak didirikaan pada pertengahan abad ke-7 oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sriwijaya berkembang pesat dengan memanfaatkan potensi kemaritimannya.

Selain dikenal sebagai kerajaan maritim terbesar di Nusantara pada masanya, Sriwijaya merupakan kerajaan yang berperan sebagai pusat agama Buddha di Asia Tenggara.

Sriwijaya, pusat agama Buddha di Nusantara

Kerajaan Sriwijaya menjadi salah satu pusat penyebaran agama Buddha yang dikunjungi oleh para biksu dari mancanegara karena dukungan rajanya.

Raja-raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama Buddha, seperti yang pernah disebut pada Prasasti Nalanda yang ditemukan di India.

Prasasti Nalanda sebagian isinya menerangkan bahwa Raja Balaputradewa dari Sriwijaya meminta Raja Dewapaladeva untuk menyediakan tanah sebagai pembangunan asrama bagi pelajar agama Buddha dari Sriwijaya.

Isi prasasti ini menjadi bukti bahwa Raja Sriwijaya menaruh perhatian sangat besar terhadap pengajaran dan pendidikan agama Buddha, bahkan mendukung rakyatnya yang belajar hingga ke pusat agama Buddha di dunia, yakni di India.

Selain itu, Prasasti Nalanda juga menyebut bahwa lima desa di Kalkutta (sekarang Kolkata), India, dibebaskan dari pajak untuk keperluan misi agama Buddha Kerajaan Sriwijaya.

Sekembalinya para pelajar dari India, mereka akan meneruskan ilmunya di pusat pendidikan dan pengajaran agama Buddha di Sriwijaya.

Sumber-sumber China menyebut bahwa di Kerajaan Sriwijaya terdapat perguruan tinggi agama Buddha yang sangat baik.

Bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha adalah catatan I-Tsing.

I-Tsing adalah biksu dari China yang dikenal sebagai seorang penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha.

Dalam pelayarannya dari China ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, I-Tsing pernah singgah kemudian tinggal di Kerajaan Sriwijaya.

Perkembangan kehidupan beragama Kerajaan Sriwijaya menurut I-Tsing sangat baik.

I-Tsing tinggal di Kerajaan Sriwijaya selama beberapa tahun untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Dalam catatannya, I-Tsing menyebut Sriwijaya sebagai pusat pendidikan agama Buddha terbesar di Indonesia, di mana para biksu dari pulau-pulau di Nusantara lainnya saling bertemu.

I-Tsing bahkan menyarankan para biksu dari negerinya yang hendak menuju Nalanda untuk belajar di Sriwijaya.

Di Kerajaan Sriwijaya terdapat pendeta agama Buddha yang tersohor.

Salah satu nama guru agama Buddha yang terkenal pada saat itu adalah Sakyakirti, yang telah menjelajah lima negeri di India untuk menambah ilmunya dan merupakan pengarang kitab Hastadandasastra.

Selain Sakyakirti, terdapat guru agama Buddha lain di Sriwijaya yang juga termasyhur namanya, yakni Dharmapala dan Dharmakirti.

Dharmakirti adalah salah seorang biksu tertinggi di Sriwijaya yang menyusun kritik atas kitab Abhisamayalamkara.

Berkat peran para mahaguru tersebut, Kerajaan Sriwijaya kerap dikunjungi oleh para biksu dari berbagai negeri.

Bahkan, antara tahun 1011-1023, datang pendeta dari Tibet bernama Attisa ke Sriwijaya dengan tujuan belajar kepada Dharmakirti.

Para biksu yang datang untuk mendalami ajaran Buddha mendapatkan tempat khusus dan sangat dihormati, baik oleh penguasa Sriwijaya maupun rakyatnya.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/16/180000679/kerajaan-yang-berperan-mengembangkan-agama-buddha-di-nusantara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke