Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siapakah Jaka Tingkir?

Sebelum mendirikan Kerajaan Pajang, Jaka Tingkir memindahkan pusat Kerajaan Demak yang mengalami konflik internal.

Setelah berkuasa selama kurang lebih 15 tahun dan menjadi salah satu raja yang berpengaruh di Jawa, perjalanan Jaka Tingkir harus terhenti pada 1582.

Kala itu, meletus perang antara Pajang dan Mataram. Sepulang dari pertempuran, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia.

Asal-usul

Ketika lahir, Jaka Tingkir memiliki nama kecil Mas Karebet. Ia merupakan cucu Andayaningrat, penguasa kerajaan kuno di Boyolali.

Andayaningrat atau Jaka Sanagara atau Jaka Bodo, konon masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga raja Majapahit.

Ketika Jaka Tingkir masih di dalam kandungan, ayahnya yang bernama Kebo Kenanga atau Ki Angeng Pengging, menggelar pertunjukan wayang dengan dalang Ki Ageng Tingkir.

Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dibunuh Sunan Kudus setelah dianggap memberontak terhadap Kerajaan Demak.

Setelah itu, Jaka Tingkir diangkat anak oleh Nyi Ageng Tingkir, janda Ki Ageng Tingkir.

Sejak saat itu, ia lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir, yang tumbuh sebagai pemuda tangguh.

Adapun guru Jaka Tingkir adalah Sunan Kalijaga dan selanjutnya Ki Ageng Sela.

Mengabdi ke Demak

Joko Tingkir tercatat pernah mengabdi di kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yakni Kerajaan Demak.

Saat itu, ia diangkat menjadi kepala prajurit oleh Sultan Trenggono (1505-1513 dan 1521-1546), raja ketiga Demak.

Berkat jasanya, Jaka Tingkir diangkat sebagai Adipati Pajang dan memiliki gelar Adipati Adiwijaya.

Ia kemudian dinikahkan dengan putri Sultan Trenggono, Ratu Mas Cempaka.

Setelah Sultan Trenggono meninggal dunia, Kerajaan Demak mengalami pergolakan akibat perebutan kekuasaan.

Kekacauan berhasil diakhiri setelah Joko Tingkir menyingkirkan Arya Penangsang, keponakan Sultan Trenggono yang membunuh Sunan Prawoto, putra mahkota Kerajaan Demak.

Secara otomatis, Jaka Tingkir menjadi pewaris takhta Kerajaan Demak.

Ia kemudian memindahkan ibu kota Kerajaan Demanke Pajang, yang terletak di perbatasan Kota Surakarta dan Kartasura.

Sejak saat itu, Demak sebagai kerajaan maritim pun dianggap runtuh dan jejaknya dilanjutkan oleh Kerajaan Pajang.

Memerintah mulai 1568 M dengan gelar Sultan Hadiwijaya, Joko Tingkir berhasil mengantarkan Kerajaan Pajang menuju puncak kejayaan.

Pajang yang terletak di pedalaman pun sukses menjadi kerajaan agraris dengan pertanian sebagai tulang punggung perekonomian.

Bahkan, selama masa kepemimpinan Joko Tingkir, wilayah Kerajaan Pajang mencapai Madiun, Blora, dan Kediri.

Meninggal dunia

Pada 1582 M, meletus perang antara Kerajaan Pajang dan Kerajaan Mataram Islam.

Sepulang dari pertempuran, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Ia dimakamkan di Desa Butuh, kampung halaman ibunya.

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, Pajang mulai mengalami kemunduran karena terjadi perebutan takhta.

Putra Joko Tingkir, Pangeran Benawa, dan menantunya yang bernama Arya Pangiri saling bersaing untuk menjadi raja di Kerajaan Pajang.

Referensi:

  • Al Adhim, Alik. (2012). Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Surabaya: JP Books.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/28/140000979/siapakah-jaka-tingkir-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke