Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Galia: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir Pertempuran

Orang-orang Galia berusaha semaksimal mungkin berjuang mempertahankan tanah mereka dari serangan Romawi yang agresif.

Sepanjang perang Galia berlangsung, di dalamnya juga terjadi pertempuran-pertempuran lain, salah satunya Pertempuran Alesia pada 52 SM yang menjadi puncak perang.

Pada akhirnya, Perang Galia dimenangkan oleh pihak Romawi, yang menghasilkan perluasan penuh Republik Romawi ke seluruh Galia.

Latar belakang

Latar belakang Perang Galia diawali dengan konflik migrasi Helvetii pada 58 SM.

Helvetii adalah konfederasi yang terdiri atas sekitar 5 suku Galia yang tinggal di dataran tinggi Swiss.

Pada 61 SM, suku Helvetii mendapat tekanan dari suku-suku Jermanik di Utara dan Timur, sehingga mereka memutuskan untuk bermigrasi.

Rencananya, Helvetii akan melewati Galia menuju pantai barat yang akan membawa mereka mengelilingi Pegunungan Alpen dan melewati tanah Aedui (sekutu Romawi).

Berita migrasi mereka pun menyebar, yang membuat suku-suku tetangg menjadi khawatir.

Oleh sebab itu, Roma pun mengirim duta besarnya ke beberapa suku guna meyakinkan mereka agar tidak bergabung dengan Helvetii.

Kekhawatiran lain juga muncul di pihak Roma bahwa suku-suku Jermanik nantinya akan mengisi tanah yang dikosongkan oleh Helvetii.

Maka dari itu, pemimpin Romawi, Julius Caesar memutuskan akan menyerang Galia pada 58 SM.

Kronologi

Pertempuran Bibracte

Pertempuran pertama adalah pertempuran Bibracte yang terjadi pada 58 SM.

Masing-masing dari mereka berusaha memenangkan pertempuran dengan berbagai cara.

Caesar menempatkan pasukannya di daerah bukit yang miring, sehingga posisi pasukan Helvetii agak kurang diuntungkan karena mereka harus berjalan naik.

Kendati begitu, pasukan Helvetii tidak menyerah. Mereka berusaha menggunakan strategi tipu muslihat, tetapi langsung diketahui begitu saja oleh pihak Romawi.

Alhasil, pasukan Helvetii berhasil ditaklukkan dalam pertempuaran Bibracte. Dari 368.000 orang Helvetii, diperkirakan hanya 110.000 orang saja yang selamat.

Pertempuran Sabis

Kemengan Romawi membuat suku-suku Galia merasa resah. Ketika musim kampanye kedua tiba pada 57 SM, Caesar merekrut banyak tentara baru.

Caesar berangkat dengan membawa pasukan yang lebih banyak dari sebelumnya, sekitar 32.000-40.000 orang.

Salah satu suku yang hendak melawan Caesar dan pasukannya adalah Nervii. Mereka berencana menyergap Romawi dalam pertempuran yang disebut pertempuran Sabis.

Nervi mengatur penyergapan di sepanjang sungai Sambre, menunggu pasukan Romawi tiba dan mendirikan kemah di sana.

Namun, ternyata bangsa Romawi sudah mencium rencana dari Nervii sehingga Romawi mulai menyerang lebih dulu dengan mengirim pasukan kavaleri ringan dan infanteri.

Kendati begitu, Nervii sempat bisa menangkis serangan dari bangsa Romawi, bahkan mereka hampir mengalami kekalahan.

Akan tetapi, pada akhirnya bangsa Romawi lah yang menang melawan pasukan Nervii.

Pertempuran Morbihan

Selanjutnya adalah pertempuran Morbihan pada 56 SM. Pada masa musim dingin, bangsa Romawi meminta pasukan Galia memberi mereka pasokan makanan dengan meminta gandum ke Veneti (sekelompok suku di barat laut Galia).

Bangsa Galia sendiri merasa sakit hati dengan perlakuan bangsa Romawi, sehingga suku Veneti berniat menangkap mereka.

Namun, Verneti tidak semata-mata langsung bertindak begitu saja. Ia sangat memperhitungkan, karena menyadari bahwa bangsa Romawi sulit ditaklukkan.

Suku Veneti memperkuat pemukiman mereka dan menyiapkan armada.

Caesar sendiri ingin segera berangkat berlayat setelah cuaca mereda. Ia memesan perahu baru dan merekrut seorang pendayung dari Galia.

Dengan demikian, Veneti berkesempatan untuk melawan Caesar karena mereka memegang kendali atas kapal tersebut.

Benar saja, ketika kapal mulai berjalan, tiba-tiba Caesar sudah dikepung oleh pasukan Veneti.

Pertempuran sengit pun berlangsung selama beberapa waktu sampai akhirnya lagi-lagi bangsa Romawi lah yang memenangkan pertempuran.

Caesar pun menganggap Veneti sebagai pemberontak dan menghukum mereka.

Pertempuran Alesia

Pertempuran Alesia menjadi puncak perang Galia yang terjadi pada 52 SM.

Diperkirakan saat itu bangsa Romawi memiliki pasukan sekitar 30.000-60.000 orang, sedangkan pasukan Galia berjumlah 80.000 orang.

Meskipun kalah jumlah, pasukan Romawi sudah terlatih melawan musuh, sementara pasukan Galia bertahan di Alesia yang merupakan sebuah bukit.

Meskipun kondisi pasukan Galia sudah terdesak, mereka tetap lebih diuntungkan karena posisi mereka lebih tinggi dan mereka juga berbaur dengan penduduk sekitar.

Menyadari hal ini Caesar pun tahun bahwa ia tidak bisa menyerang langsung, karena kalah jumlah dan posisi.

Oleh karena itu, Caesar berniat mengisolasi Alesia dan memerintahkan pasukannya membangun tembok setinggi empat meter yang mengelilingi Alesia sepanjang 18 kilometer, yang selesai dikerjakan dalam waktu tiga minggu.

Pengepungan ini lantas membuat pasukan Galia menderita karena harus berebut makanan dan penduduk setempat.

Akibatnya, moral mereka pun runtuh. Kendati begitu, pihak Galia tidak menyerah.

Pemimpin pasukan Galia, Vercingetorix, memerintahkan pasukannya menyerang bangsa Romawi pada bagian yang terlihat lemah.

Caesar pun terkejut dan memerintahkan pasukannya untuk membangun tembok kembali yang mencapai 21 kilometer.

Namun, tembok ini membuat bangsa Romawi dilema karena sekitar 250.000 pasukan Romawi ikut terkepung ketika pasukan Galia yang dikomandoi Commius datang.

Kendati begitu, pasukan Romawi memang sudah dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Caesar membawa sekitar 6.000 pasukan berkuda dan menerobos pasukan Commius.

Serangan ini lantas membuat pasukan Commous kewalahan. Vercingetorix yang sudah tidak sanggup lagi melawan memutuskan menyerahkan diri kepada Caesar pada September 52 SM.

Akhir pertempuran

Pertempuran Alesia menjadi perang terakhir yang terjadi antara Galia dengan bangsa Romawi.

Kemenangan pun dipegang oleh Pemimpin Romawi, Julius Caesar, di mana ia bisa memperluas wilayahnya sampai ke daerah Galia.

Kendati begitu, pertempuran masih berlanjut, khususnya Perang Saudara Romawi. Caesar dianggap sebagai pemimpin yang diktator sehingga banyak yang tidak suka padanya.

Akhirnya, pada 44 SM, Caesar ditemukan meninggal dunia karena dibunuh.

Referensi:

  • Fields, Nic. (2014). Aftermath Alesia 52 BC: The Final Struggle for Gaul. Britania Raya: Osprey Publishing.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/01/170000579/perang-galia--latar-belakang-kronologi-dan-akhir-pertempuran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke