Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Strategi Sultan Mahmud Riayat Syah untuk Menghadapi VOC

Ia merupakan salah satu pahlawan nasional dari Kepulauan Riau yang gigih melawan VOC-Belanda.

Berbekal strateginya, Sultan Mahmud Riayat Syah sukses membuat VOC kewalahan dan Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang diakui kedaulatannya oleh Belanda.

Lantas, strategi apa yang digunakan Sultan Mahmud Riayat Syah untuk menghadapi VOC?

Strategi perang gerilya laut

Strategi Sultan Mahmud Riayat Syah untuk menghadapi VOC adalah dengan perang gerilya laut.

Pada 1782, Sultan Mahmud Riayat Syah mulai memerangi Belanda yang hendak menanamkan pengaruhnya di Riau-Lingga.

Peperangan pertama yang berlangsung hingga 1784 ini dimenangkan oleh Sultan Mahmud Riayat Syah.

Sementara itu, Belanda, yang kalah berperang terpaksa keluar dari Riau dan mundur ke markasnya di Malaka.

Kendati demikian, masih di tahun yang sama, dua pihak kembali terlibat adu senjata di Tanjungpinang.

Dalam serangannya kali ini, pihak Belanda yang dipimpin oleh Pieter Jacob van Braam, berusaha mengajak Sultan Mahmud Riayat Syah untuk menandatangani perjanjian damai, tetapi ditolak.

Ajakan Belanda untuk berdamai kembali diupayakan pada Februari 1787, yang lagi-lagi juga ditolak oleh Sultan Mahmud Riayat Syah.

Terlebih lagi, beberapa bulan sebelumnya, Sultan Mahmud Riayat Syah telah mengirim utusan secara rahasia kepada Raja Tempasuk (Kalimantan) untuk meminta bantuan mengalahkan Belanda di Riau.

Permintaan ini dikabulkan, di mana pada 2 Mei 1787, Raja Tempasuk mengirimkan bantuan secara bertahap yang terdiri atas 90 kapal perang dengan 7.000 prajurit.

Pada 10 Mei 1787, pertempuran kembali terjadi antara Belanda dan Sultan Mahmud Riayat Syah, yang kali ini telah berkoalisi dengan prajurit Tempasuk.

Meski Sultan Mahmud Riayat Syah kembali unggul dari Belanda, tetapi pertempuran belum berakhir.

Oleh karena itu, pada sekitar Juli 1787, Sultan Mahmud Riayat Syah mengubah strategi dengan perang gerilya laut.

Strategi ini dipusatkan di Daik-Lingga, Kepulauan Riau, yang memiliki 604 pulau sebagai benteng alami.

Kepindahan Sultan Mahmud Riayat Syah ke Daik-Lingga semakin membahayakan kedudukan Belanda di kawasan Kepulauan Riau.

Pasalnya, Sultan segera mengacaukan perdagangan VOC di Selat Malaka dan Kepulauan Riau dengan menyerang pasukan Belanda di perairan tersebut.

Bahkan, Gubernur VOC-Belanda di Malaka, de Bruijn mengaku bahwa armada VOC tidak mampu menandingi kekuatan Sultan Mahmud Riayat Syah.

Berkat strategi dan kegigihan Sultan Mahmud Riayat Syah, pada 29 Mei 1795, Gubernur Jenderal VOC-Belanda di Batavia mengakui kedaulatan Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang.

Pengakuan ini diikuti oleh Gubernur Malaka dan perwakilan Inggris di Malaka.

Setelah itu, pada 9 September 1795, Residen VOC di Tanjungpinang dan pasukan Belanda ditarik dari Riau, serta benteng-bentengnya dibongkar.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/27/100000779/strategi-sultan-mahmud-riayat-syah-untuk-menghadapi-voc

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke