Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sebab Khusus Terjadinya Perang Aceh

Selama tiga dekade, perang antara Kesultanan Aceh dan Belanda terbagi ke dalam empat periode, yaitu:

  • Periode pertama (1873-1874), dipimpin oleh Sultan Muhammad Syah
  • Periode kedua (1874-1880), Sultan Muhammad Syah terbunuh dan Belanda berkuasa
  • Periode ketiga (1881-1896), dipimpin oleh Teuku Umar
  • Periode keempat (1886-1910), melakukan strategi perang gerilya secara kelompok maupun perorangan

Penyebab terjadinya Perang Aceh adalah ambisi Belanda untuk menguasai seluruh Nusantara.

Karena pada masa itu, Aceh menjadi salah satu wilayah yang sangat sulit ditaklukkan. Di samping itu, ada sebab khusus yang melatarbelakangi Perang Aceh.

Latar belakang Perang Aceh

Pada 17 Maret 1824, Inggris dan Belanda menyepakati tentang pembagian wilayah jajahan di Indonesia dan Semenanjung Malaya dalam Traktat London.

Dalam Traktat London disebut bahwa Inggris memberikan izin kepada Belanda menguasai Sumatera, kecuali wilayah Aceh.

Akan tetapi, Belanda melanggar kesepakatan itu dan tetap berusaha menyerang Aceh. Sultan Aceh pun segera mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan Belanda.

Kekhawatiran Aceh pun kian menjadi ketika Inggris dan Belanda menandatangani Traktat Sumatera pada 1871.

Berdasarkan isi perjanjian tersebut, Belanda diperbolehkan untuk melakukan perluasan wilayah di Sumatera, termasuk Aceh.

Alhasil, Aceh berusaha memperkuat diri dengan menjalin hubungan bersama Turki, Italia, dan Amerika Serikat.

Pemerintah Hindia Belanda, yang tidak menginginkan adanya campur tangan negara asing, menjadikan hubungan diplomatik tersebut sebagai alasan untuk menyerang Aceh.

Sebab khusus Perang Aceh

Dari beragam penyebab yang ada, sebab khusus terjadinya Perang Aceh adalah tuntutan Belanda untuk mengakui kedaulatannya pada 22 Maret 1873.

Namun, Aceh menolak tuntutan tersebut. Alhasil, empat hari kemudian, Belanda menyatakan perang terhadap Aceh.

Tanggal 26 Maret 1873, pihak Belanda menyerang Aceh dengan menembakkan meriam dari kapal yang bernama Citadel Van Antwerpen.

Agresi Belanda yang dipimpin oleh Jenderal JHR Kohler kemudian dilancarkan pada 5 April 1873.

Pasukan Aceh yang meliputi para ulebalang, ulama, dan rakyat, terus diserang oleh Belanda. Pertempuran yang dilakukan Kohler dilakukan dalam upaya untuk merebut Masjid Raya Baiturrahman.

Namun, di tengah perang, Jenderal JHR Kohler wafat, sehingga pasukan Belanda terpaksa ditarik mundur ke pantai.

Gagal di serangan pertama, Belanda kembali melakukan agresi kedua pada 9 Desember 1873 yang dipimpin Jan van Swieten.

Dari serangan kedua ini Belanda berhasil membakar Masjid Raya Baiturrahman dan menduduki Keraton Sultan.

Kendati demikian, Aceh belum berhasil ditaklukkan dan peperangan sengit terus berlanjut hingga awal abad ke-20.

Referensi: 

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/16/130000379/sebab-khusus-terjadinya-perang-aceh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke