Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kyai Tapa, Adik Sultan Banten yang Memberontak terhadap VOC

Di sisi lain, ia juga keturunan Tionghoa dengan nama Thung Siang Toh. Sedangkan nama aslinya adalah Tubagus Mustafa.

Tidak banyak diketahui tentang kisah hidupnya. Namun, Kyai Tapa dikenal sebagai tokoh penting dalam perlawanan rakyat Kesultanan Banten melawan VOC pada abad ke-18.

Kyai Tapa dan Ratu Bagus Buang memimpin perlawanan masyarakat Banten melawan belanda pada tahun 1750. 

Ratu Bagus Buang adalah keponakan Sultan Zainul Arifin.

Pemberontakan Kyai Tapa

Latar belakang pemberontakan

Pada Oktober 1750, Kyai Tapa memimpin sebuah pemberontakan besar terhadap pasukan VOC dan Ratu Syarifah.

Awal mula terjadinya pemberontakan ini disebabkan oleh dibuangnya Sultan Zainul Ariffin ke Ambon oleh VOC atas persetujuan istrinya sendiri, Ratu Syarifah.

Sejak akhir abad ke-17, VOC berhasil menanamkan pengaruhnya di Kesultanan Banten. Ketika Sultan Zainul Arifin naik takhta pada 1733, kerajaan semakin digerogoti persekongkolan dari keluarga istana sendiri.

Pasalnya, istrinya yang bernama Ratu Syarifah mulai merancang konflik antara Sultan Arifin dan putranya, Pangeran Gusti.

Pada akhirnya putra Sultan Zainul Arifin dibuang ke pengasingan, sementara keponakan laki-laki Ratu Fatimah diangkat sebagai putra mahkota yang baru pada 1747.

Tidak hanya itu, atas persetujuan Ratu Fatimah, Sultan Zainul Arifin dibuang oleh VOC ke Ambon pada 1748.

Sedangkan Ratu Fatimah diangkat menjadi wali dari putra mahkota yang saat itu masih kecil.

Perwalian Ratu Syarifah ini lantas memancing timbulnya oposisi di dalam Kesultanan Banten.

Selain itu, kebijakan yang diterapkan juga menuai protes dari kalangan rakyat jalata hingga kaum bangsawan.

Dengan kondisi seperti ini, rakyat pun terdorong untuk melakukan pemberontakan. 

Jalannya pemberontakan Kyai Tapa

Pada bulan Oktober 1750, meletuslah sebuah pemberontakan besar di bawah pimpinan Kyai Tapa, yang menghendaki Ratu Bagus Buang (keponakan Zultan Zainul Arifin) diangkat menjadi sultan.

Pasukan VOC dan Ratu Syarifah mengerahkan 460 orang untuk melawan Kyai Tapa dan pasukannya. 

Namun, mereka semua berhasil dipukul mundur oleh pasukan Kyai Tapa yang berjumlah sekitar 7.000 orang.

VOC yang mulai mengalami kekalahan masih bisa mempertahankan dua buah bentengnya di dalam kota.

Akan tetapi, sebagian besar wilayah Banten sudah jatuh ke tangan kaum pemberontak.

Pada November 1750, Batavia memerintahkan komandan VOC di Banten untuk menangkap dan mengirim Ratu Syarifah serta anaknya ke pengasingan.

Bulan Maret 1751, Ratu Syarifah wafat di Pulau Edam di Teluk Batavia. Takhta kerajaan kemudian diserahkan kepada Pangeran Arya Adi Santika, saudara laki-laki Sultan Zainul Ariffin.

Sayangnya, pengangkatan Pangeran Adi ini tidak membuat pemberontakan berhenti.

Kyai Tapa mulai melakukan pembakaran, perampokan, dan pembunuhan di dataran-dataran tinggi Batavia.

Hampir setiap perkebunan milik Eropa juga dimusnahkan oleh Kyai Tapa.

Akhir pertempuran

Pada pertengahan 1571, pasukan Belanda terpaksa mengerahkan segala kekuatannya untuk menumpas pemberontakan Kyai Tapa.

Tidak lama kemudian, Gunung Munara, yang menjadi pertahanan para pemberontak berhasil dikuasai Belanda.

Kyai Tapa dan Ratu Bagus Buang pun terpaksa menyingkir ke wilayah Bogor dan terus ke daerah Priangan sambil melakukan gerilya.

Perlawanan mereka terus berlangsung dan banyak menimbulkan korban di pihak Belanda.

Terkadang, Kyai Tapa muncul di Caringin, tetapi tidak lama kemudian menyerang perkebunan Belanda di Cipanas dan Cianjur.

Setelah terjadi pertempuran sengit dengan pasukan Belanda di dekat Bandung, Kyai Tapa akhirnya menyingkir ke Jawa Tengah.

Namun, sejak saat itu, Kyai Tapa tidak pernah ditemukan lagi.

Referensi:

  • Ricklefs, MC. Moh Sidik Nugraha. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/10/090000679/kyai-tapa-adik-sultan-banten-yang-memberontak-terhadap-voc

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke