Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Zending, Upaya Belanda Menyebarkan Protestan di Indonesia

Maksud dan tujuan Zending sendiri adalah untuk menyebarkan ajaran Kristen di tengah masyarakat, salah satunya masyarakat Indonesia. 

Zending mulai masuk ke Indonesia tahun 1613 di Nusa Tenggara Timur. 

Sejak saat itu, pengabaran Injil di Indonesia semakin meluas sampai ke Ambon, Sumatra, dan Jawa. 

Sejarah 

Zending ialah organisasi-organisasi yang melakukan pekabaran Injil atau menyebarluaskan agama Kristen Protestan.

Munculnya Zending bermula dari segolongan orang di Eropa barat yang mementingkan kesalehan, kesederhanaan, beribadat, mempelajari kitab suci, serta mengajarkan pekabaran injil. 

Aliran baru ini dinamakan Pietisme. 

Berawal dari pietisme itu lah muncul inspirasi bagi sejumlah tokoh pietis untuk mendirikan sebuah organisasi bernama Nederlandse Zendeling Gennotschap (NZG). 

NZG didirikan tanggal 19 Desember 1799 oleh HJ Krom,  J Th van der Kemp, dan JL Verster. 

Tujuan didirikannya NZG yaitu untuk memperkenalkan Kristus bagi orang-orang awam melalui pengabaran injil.

Penginjilan dianggap sebagai salah satu cara untuk membawa manusia dari kegelapan k kehidupan yang lebih terang atau disebut pencerahan. 

Setelah NZG dibentuk, kegiatan Zending pun mulai disebarkan salah satunya ke Indonesia

Zending di Indonesia

Nusa Tenggara Timur 

Pada tahun 1613, Belanda sampai di Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Pulau Solor. 

Kehadiran Belanda di NTT ini membawa perubahan yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat NTT, termasuk kehidupan keagamaan. 

Dengan masuknya Belanda ke NTT, masyarakat di sana diperkenalkan oleh mazhab kekristenan yang baru, yaitu Protestan. 

Misi besar protestan di NTT terbagi menjadi dua. 

Misi pertama diusakan oleh NZG yang berfokus di beberapa pulau seperti Timor, Sabu, Rote, dan Alor. 

Misi kedua berfokus di Pulau Sumba yang diusahakan oleh beberapa lembaga zending, seperti Nederlands Gereformeerde Zendingsvereeniging (NGZV), Zending Van de Christelijk Gereformeerde Kerke (ZGCK), dan Zending Gereformeerde Kerken in Nederland (ZGKN). 

Sumatra

Misi pengabaran injil juga dilakukan di Sumatra, salah satunya Sumatra Utara, untuk orang-orang Batak. 

Pengabaran injil di Batak pertama kali dilakukan oleh Pendeta Richart Burton dan Pendeta Nathaniel M Ward tahun 1824.

Di Batak, penyebaran agama Kristen dilakukan melalui Sekolah Injil. 

Para zending Batak berulang kali menegaskan bahwa tujuan utama mereka adalah memberitakan Injil untuk memberi landasan kerohanian baru bagi orang Batak dan mendirikan Gereja Batak yang mandiri. 

Ambon

Zending mulai masuk ke Indonesia tahun 1814 yang dibawa oleh Joseph Kam. 

Tahun 1815, Joseph Kamp diutus oleh pemerintah Belanda untuk pergi ke Ambon dan menjalankan misi penyebaran agama Kristen di sana. 

Awalnya, Joseph Kam berniat untuk menjalankan misinya di tengah-tengah masyarakat yang belum Kristen.

Namun, gereja negara Indische Kerk yang bekerja sama dengan NZG memprioritaskan pemeliharaan jemaat-jemaat yang sudah ada lebih dulu.

Oleh sebab itu, Kam menjalankan misinya sama seperti dengan pekerjaan yang ia emban, yaitu pendeta. 

Ia berkhotbah, mengunjungi jemaat-jemaat di pedalaman, mendamaikan perselisihan dan pertengkaran, serta melayankan sakramen-sakramen. 

Selain itu, Kam juga aktif dalam mengembangkan bacaan-bacaan Kristen, seperti Alkitab, Mazmur, Katekismus, dan khotbah-khotbah bagi jemaat yang belum memiliki pendeta. 

Joseph Kam terus melakukan tugasnya dalam melayani jemaat-jemaat di Ambon, Maluku hingga akhir hayatnya. 

Ia wafat tanggal 18 Juli 1833 karena sakit parah yang diderita. 

Jasad Joseph Kam dimakamkan di pekuburan Belakang Soya, Ambon. 

Jawa 

Pengabaran injil di Indonesia juga disebarkan di daerah Jawa tahun 1820 oleh Fredereik Lodewijk Anthing atau FL Anthing. 

Ketertarikan Anthing dalam zending mulai terlihat sejak ia bekerja di pengadilan negeri Semarang. 

Perhatian dan ketertarikannya pun kian bertumbuh setelah penginjil pribumi Kiai Ibrahim Tunggul Wulung mendatanginya. 

Sejak saat itu, Anthing memulai kegiatan zendingnya di Semarang dan merekrut beberapa orang Kristen Jawa untuk dilatih sebagai penginjil. 

Kemudian, ketika Anthing dipindahkan ke Jakarta sebagai Mahkamah Agung, ia tidak menghentikan usahanya untuk mengabarkan inji.

Bahkan, Anthing melatih para pemuda pribumi yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi untuk melakukan penginjilan ke daerah lain. 

Saat itu, Anthing sudah berhasil membentuk 50 orang penginjil, sampai sekitar tahun 1870 pemerintah Hindia Belanda melarang pemberitaan injil di sekitar Jakarta. 

Alasannya adalah karena mayoritas penduduk saat itu memeluk agama Islam. 

Kendati demikian, Anthing tidak putus asa. Ia tetap berusaha melakukan pengabaran injil dengan berbagai cara, salah satunya melalui penginjil pribumi. 

Usaha Anthing pun membuahkan hasil yang baik. Di Jakarta dan sekitarnya berhasil berdiri pos pekabaran injil. 

Kegiatan Zending di Indonesia 

Zending di Indonesia memiliki beberapa kegiatan, yakni:

  • Menyebarkan agama Kristen Protestan di Maluku, Sangir, Talaud, Timor, dan kota-kta besar di Jawa dan Sumatra
  • Mendirikan Nederlands Zandeling Genootschap (NZG), yaitu perkumpulan pengabar injil Belanda yang berusaha menyebarkan agama Kristen Protestan
  • Mendirikan wadah gereja bagi jemaat Indonesia, seperti Gereja Protestan Maluku (GPM), Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)
  • Mendirikan sekolah yang menitiberatkan pada upaya menyebarkan Kristen Protestan

Referensi: 

  • Enklaar, H. (1980). Joseph Kam: Rasul Maluku. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 
  • Wellem, FD. (2000). Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja. Jakarta: PK Gunung Mulia.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/10/130000579/zending-upaya-belanda-menyebarkan-protestan-di-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke