Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Punisia: Latar Belakang, Jalannya Pertempuran, dan Akhir

Nama Punisia diambil dari kata Fenisia, karena penduduk Kartago adalah keturunan bangsa Fenisia.

Berlangsung selama hampir satu abad, Perang Punisia termasuk salah satu pertempuran terbesar pada zaman kuno.

Perang ini berakhir dengan hancurnya Kartago (negara kota di Afrika Utara) dan kemenangan pihak Romawi.

Latar belakang

Sebelum konflik terjadi, Kartago telah berkembang dari pelabuhan kecil menjadi kota terkaya dan terkuat di kawasan Mediterania.

Kota ini memiliki angkatan laut yang kuat dan telah memantapkan posisinya sebagai kekuatan maritim terkemuka di dunia.

Di saat yang sama, Roma juga menjelma menjadi kekuatan yang dominan di seluruh semenanjung Italia.

Meskipun Kartago pernah telibat konflik dengan Yunani, hubungannya dengan Roma selalu terjalin baik.

Perang Punisia dapat dibagi ke dalam tiga babak. Perang Punisia I meletus setelah Roma ikut campur dalam perselisihan di Sisilia, yang dikuasai oleh Kartago.

Perang Punisia I (264-241 SM)

Perang Punisia dimulai pada 264 SM, melibatkan pasukan dari Syracuse dan Messina. Dalam pertempuran itu, Kartago mendukung Syracuse, sementara Roma mendukung Messina.

Peperangan di antara dua kekuatan tersebut berlangsung sengit, dengan kendali atas Sisilia sebagai imbalannya.

Selama hampir 20 tahun, Roma terus membangun seluruh armadanya untuk menghadapi angkatan laut Kartago yang kuat.

Roma akhirnya berhasil mencetak kemenangan pertamanya di Mylae pada 260 SM, disusul dengan keberhasilan dalam Pertempuran Ecnomus pada 256 SM.

Meski invasinya ke Kartago pada tahun yang sama berakhir dengan kekalahan, Roma menolak untuk menyerah.

Pada 241 SM, armada Romawi akhirnya memenangkan pertempuran dan mematahkan keunggulan angkatan laut legendaris Kartago.

Pada akhir Perang Punisia I, Sisilia menjadi provinsi seberang laut pertama Roma. Selama satu dekade berikutnya, Roma berhasil mengambil alih Korsika dan Sardinia.

Perang Punisia II (218-201 SM)

Pada Perang Punisia II, Kartago, yang telah membangun pengaruh di Spanyol, kembali menyatakan perang terhadap Roma.

Dipimpin oleh Jenderal Hannibal, pasukan Kartago yang terdiri dari 90.000 infanteri, 12.000 kavaleri, dan sejumlah gajah, menyerbu Roma dari arah utara.

Dalam perjalanannya, mereka mencetak kemenangan atas pasukan Romawi di Ticinus, Trebia, dan Trasimene.

Invasi Hannibal ke Roma mencapai puncaknya pada Pertempuran Cannae, di mana ia menggunakan kavalerinya untuk mengepung tentara Romawi yang jumlahnya dua kali lebih besar dari pasukannya sendiri.

Namun, pasukan Romawi mampu menangkis serangan, dan Kartago kehilangan kendali di Italia saat Roma memperoleh kemenangan di Spanyol dan Afrika Utara.

Saat itu, Roma dipimpin oleh jenderal muda bernama Publius Cornelius Scipio atau Scipio Africanus, yang sedang naik daun.

Pada 203 SM, pasukan Hannibal terpaksa meninggalkan pertempuran di Italia untuk memertahankan Afrika Utara.

Kekalahan Hannibal dalam Perang Punisia II secara resmi mengakhiri Kerajaan Kartago di Mediterania Barat, sehingga Spanyol jatuh ke tangan Roma.

Setelah perang, Kartago, yang hanya memiliki wilayah di Afrika Utara, juga dipaksa menyerahkan armadanya dan membayar ganti rugi kepada Roma dalam jumlah sangat besar.

Perang Punisia III (149-146 SM)

Perang Punisia III dimulai setelah Kartago menyatakan perang melawan Numidia pada 149 SM, yang secara otomatis melanggar perjanjian dengan Roma.

Selama dua tahun, Kartago bertahan dari kepungan pasukan Romawi, yang baru saja menempatkan Scipio Aemilianus atau Scipio Muda sebagai jenderalnya.

Setelah memperketat posisi Romawi di sekitar Kartago, Scipio Muda melancarkan serangan di pelabuhan.

Pasukan Romawi terus menghancurkan rumah demi rumah, sambil mendorong pasukan musuh menuju benteng mereka.

Setelah tujuh hari pertumpahan darah, orang-orang Kartago akhirnya memilih menyerah.

Pasca perang, Kartago, sebuah kota kuno yang bertahan selama sekitar 700 tahun, hancur lebur dan sebanyak 50.000 penduduknya yang masih hidup dijual sebagai budak.

Pasukan Romawi kemudian bergerak ke timur untuk mengalahkan Raja Philip V dari Makedonia, dan pada akhir 146 SM, wilayah kekuasaan Roma membentang dari pantai Atlantik Spanyol ke perbatasan antara Yunani dan Asia Kecil (sekarang Turki).

Referensi:

  • Amani, Salsabila. (2017). Ensiklopedia Perang-Perang Besar di Dunia. Yogyakarta: Khazanah-Pedia.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/22/100000579/perang-punisia-latar-belakang-jalannya-pertempuran-dan-akhir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke