Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Abdul Halim: Kiprah dan Perannya

Ia merupakan tokoh Islam dan ulama yang terkenal toleran dalam menghadapi perbedaan pendapat antarulama tradisional dan modernis. 

Pada 1940, ia mendirikan organisasi Islam bernama Persyarikatan Ulama. 

Kemudian, saat Jepang menduduki Indonesia, Mei 1945, Abdul Halim ditunjuk menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 

Pendidikan

Abdul Halim lahir di Majalengka, 26 Juni 1887. 

Nama lahir Abdul Halim adalah Otong Syatori, putra dari Haji Muhammad Iskandar dan ibu Haji Siti Mutmainah. 

Ayahnya bekerja sebagai pengurus pesantren dan juga penghulu di Kawedanan, Jatiwangi, Majalengka. 

Halim lahir di keluarga yang sangat dekat dalam lingkungan pesantren, sehingga ia telah memperoleh pendidikan agama sejak balita dari keluarganya.

Ketika Halim berusia 10 tahun, ia belajar Al-Qur'an dan Hadis dengan Kiai Haji Anwar. KH Anwar adalah seorang ulama terkenal yang berasal dari Majalengka. 

Setelah menginjak usia dewasa, Halim mulai belajar di berbagai Pondok Pesantren di Jawa Barat. 

Di sela-sela kesibukannya belajar, Kiai Abdul Halim kerap menyempatkan diri untuk berdagang. Ia menjual minyak wangi, batik, dan kitab-kitab pelajaran agama. 

Setelah banyak belajar di pesantren-pesantren Indonesia, Halim memutuskan untuk berangkat ke Mekkah demi mendalami ilmu-ilmu keislaman.

Selama di sana, Halim banyak berguru dengan ulama-ulama besar, seperti Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Imam di Masjidil Haram.

Kiprah

Setelah tiga tahun belajar di Mekah, Halim memutuskan kembali ke Indonesia. 

Kemudian, tahun 1911, ia mendirikan lembaga pendidikan Majlis Ilmi di Majalengka. 

Setahun kemudian, Halim mendirikan sebuah organisasi bernama Hayatul Qulub. 

Hayatul Qulub yang berdiri tahun 1912 ini tidak hanya bergerak di bidang pendidikan saja, melainkan juga bidang perekonomian. 

Hal ini disebabkan Halim yang ingin mengembangkan lembaga pendidikan sekaligus perdagangan. 

Sayangnya, organisasi yang juga bergerak di bidang dagang ini tentu akan memiliki pesaing, khususnya dengan pedagang Cina yang cenderung berhasil di bidang perdagangan.

Kala itu, pemerintah Hindia Belanda lebih banyak membela kepentingan pedagang Cina, mereka diberi status hukum yang lebih kuat dibanding kelompok pribumi. 

Pada 1915, persaingan memuncak ketika pemerintah Hindia Belanda menuduh organisasi Hayatul Qulub menjadi dalang penyerangan toko-toko milik orang Cina di Majalengka. 

Akibatnya, organiasi Hayatul Qulub dibubarkan. 

Peran

Setelah Hayatul Qulub bubar, pada 16 Mei 1916, Halim secara resmi mendirikan lembaga pendidikan baru, yaitu Jam'iyah al-l'anat al-Muta'alimin.

Setahun kemudian, HOS Cokroaminoto mendukung lembaga tersebut, yang akhirnya dikembangkan dan namanya diubah menjadi Perserikatan Ulama. 

Meskipun Halim aktif di berbagai organisasi, ia tetap memfokuskan perhatiannya pada bidang pendidikan. 

Sehingga pada 1932, ia mendirikan Santi Asromo. 

Dalam lembaga pendidikan ini Halim tidak hanya memberi pengetahuan soal agama dan pengetahuan umum, tetapi juga keterampilan sesuai bakat anak didiknya. 

Kemudian, sewaktu masa awal pendudukan Jepang, beberapa partai dan organisasi politik diberhentikan, termasuk Perserikatan Ulama. 

Kendati demikian, Abdul Halim terus berusaha agar organisasinya tersebut tetap dapat hidup kembali. 

Usahanya pun membuahkan hasil pada 1944, tetapi namanya berubah menjadi Perikatan Oemat Islam (POI). 

Pada masa pendudukan Jepang, Abdul Halim diangkat menjadi anggota Cuo Sangi In (Dewan Perwakilan). 

Lalu, pada Mei 1945, ia diangkat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 

Dalam BPUPKI, Abdul Halim menjabat sebagai anggota Panitia Pembelaan Negara. 

Akhir Hidup

Abdul Halim wafat pada 7 Mei 1962. Jenazahnya dikebumikan di Majalengka. 

Untuk mengenang jasa-jasanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 041/TK/Tahun 2008 pada 6 November 2008. 

Referensi: 

  • Adam, Asvi Warman. (2010). Menguak Misteri Sejarah. Penerbit Buku Kompas. 
  • Rosidi, Ajip. (2010). Mengenang Hidup Orang Lain: Sejumlah Obituari. Kepustakaan Populer Gramedia

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/23/080000179/abdul-halim--kiprah-dan-perannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke