Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perlawanan Terhadap VOC di Maluku, Makassar, Mataram, dan Banten

Organisasi ini memperoleh hak-hak istimewa dari parlemen Belanda, seperti hak monopoli dan hak kedaulatan sebagai suatu negara merdeka.

Setelah mendapatkan hak tersebut, VOC berhasil melakukan intervensi dalam pemerintahan dan sedikit demi sedikit menguasai Indonesia.

Tindakan VOC yang sewenang-wenang kemudian menimbulkan perlawanan dari rakyat indonesia di berbagai daerah.

Berikut ini beberapa perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam mengusir VOC.

Perlawanan rakyat Maluku

Perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC dipimpin oleh Kakiali dan Talukabesi pada 1635-1646.

Meski perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh VOC dengan cepat, hal itu tetap menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak tinggal diam dijajah.

Kemudian pada 1650, Saidi mempimpin perlawanan rakyat Maluku.

Perlawanan terhadap VOC juga terjadi di Tidore, dengan dipimpin oleh Sultan Nuku.

Perlawanan rakyat Makassar

Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa.

Saat terjadi perselisihan antara Arung Palaka dari Kerajaan Bone dengan raja Gowa, VOC langsung memanfaatkan kesempatan itu.

VOC berhasil memanfaatkan Arung Palaka untuk menyerang Gowa pada 1666.

Pada akhirnya, Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.

Berikut isi Perjanjian Bongaya antara Sultan Hasanuddin dengan VOC.

  • VOC mendapatkan wilayah yang direbut selama perang
  • Bima diserahkan kepada VOC
  • Kegiatan pelayaran para pedagang Makassar dibatasi di bawah pengawasan VOC
  • Penutupan Makassar sebagai bandar perdagangan dengan bangsa Eropa, selain VOC, dan monopoli oleh VOC
  • Alat tukar/mata uang yang digunakan di Makassar adalah mata uang Belanda
  • Pembebasan cukai dan penyerahan 1.500 budak kepada VOC

Kendati demikian, Perjanjian Bongaya baru terlaksana pada 1669 karena Sultan Hasanuddin masih melakukan perlawanan kembali.

Perjanjian Bongaya telah memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi.

Rakyat Makassar, terutama Bugis, yang tidak menerima Perjanjian Bongaya kemudian mengembara menuju daerah lain di Indonesia, seperti Jawa dan Sumatera.

Perlawanan rakyat Mataram

Pada masa pemerintahan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam, Belanda telah mendirikan kantor dagang di Batavia.

Perselisihan keduanya tidak dapat dihindari hingga VOC melancarkan serangan ke Jepara yang menimbulkan kerugian sangat besar bagi Mataram.

Sultan Agung kemudian menyiapkan penyerangan terhadap VOC di Batavia sebanyak dua kali.

Pada 22 Agustus 1628, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso tiba di Batavia.

Serangan pertama ini gagal dan tidak kurang dari seribu prajurit Mataram gugur dalam pertempuran.

Mataram kemudian menyiapkan serangan kedua dengan dipimpin Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purabaya.

Meski persiapannya telah matang, perlawanan rakyat Mataram terhadap VOC yang kedua ini kembali menemui kegagalan.

Kegagalan ini disebabkan oleh VOC yang membakar persediaan makanan para tentara Mataram.

Perlawanan rakyat Banten

Perlawanan Banten terhadap VOC terjadi sejak awal Belanda menginjakkan kaki di Banten.

Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada 1656.

Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC dilakukan dengan cara merusak kebun tebu, membantu perlawanan Trunojoyo, dan melindungi pelarian dari Makassar.

Kerajaan Banten juga berhasil menguasai sejumlah kapal VOC dan beberapa pos penting.

Pada 1680, Sultan Ageng kembali mengumumkan perang setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh VOC.

Sayangnya, di Banten sedang terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji, sehingga Belanda langsung memanfaatkan momen tersebut.

Belanda mendukung Sultan Haji yang lebih mudah dipengaruhi untuk membantu kepentingan VOC.

Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan dan diasingkan, sementara Sultan Haji menjadi Raja Banten.

Pada 1682, Sultan Haji terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda yang isinya sebagai berikut.

  • VOC berhak atas monopoli perdagangan
  • Banten menanggung semua ganti rugi perang
  • Banten merelakan Cirebon kepada VOC
  • VOC berhak ikut campur dalam setiap urusan Kerajaan Banten

Pada 1695, kemerdekaan Kerajaan Banten telah diambil oleh VOC dan kedudukan Belanda di Jawa semakin kuat.

Referensi:

  • Armelia. (2008). Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Semarang: ALPRIN.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/04/181845779/perlawanan-terhadap-voc-di-maluku-makassar-mataram-dan-banten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke