Sementara itu, sang pelatih Dirja Wihardja mengungkapkan dalam persiapan tim angkat besi, setiap sebulan sekali selalu ada pemeriksaan masa otot dan lemak.
Lebih jauh lagi, Dirja mengatakan persiapan tim angkat besi Tanah Air sudah dimulai dari pembinaan Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) sejak usia dini.
"Di PABSI sendiri pembinaannya selalu mengadakan Kejuaraan Satria sejak 2018, di mana Kejuaraan Satria ini cikal bakal untuk menemukan bibit atlet angkat besi yang berusia 15-17 tahun," jelas Dirja.
"Dari situ atlet didapat, juga dari PPLT di daerah. Kami selalu memantau perkembangan prestasinya agar bisa diorbitkan seperti Windy Cantika dari PPLT Bandung."
Baca juga: Cerita Windy Cantika Lawan Ketegangan Sebelum Raih Medali Pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020
"Kemudian, ada Rizky Juniansyah juara dunia junior dari PPLT Banten. Jadi, kami terus mencari dan mencari untuk generasi atlet angkat besi Indonesia yang akan datang," tuturnya.
Windy Cantika dengan ini berhasil meneruskan tradisi medali Indonesia dalam cabor angkat besi putri di Olimpiade yang telah berlangsung 21 tahun.
Adapun tren medali Indonesia di cabor angkat besi putri dimulai dari trio Raema Lisa Rumbewas, Sri Indriyani, dan Winarni di Olimpiade Sydney 2000.
Lalu, dilanjutkan Lisa di Athena 2004 dan Beijing 2008, Citra Febrianti (London 2012), dan Sri Wahyuni Agustiani (Rio de Janeiro 2016).
Pencapaian yang begitu luar biasa mengingat Cantika masih begitu belia, dan Tokyo 2020 merupakan debut sang lifter di ajang Olimpiade.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.