KOMPAS.com - Wiji Thukul dikenal sebagai salah satu penyair ternama asal Indonesia. Ia dikenal sebagai penyair pelo (cadel).
Sudah sejak SD, ia menulis puisi. Ketertarikannya pada dunia teater mulai muncul saat duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Beberapa karyanya diterbitkan di media cetak, baik dalam maupun luar negeri. Sementara karya lainnya diterbitkan oleh Taman Budaya Surakarta.
Puisi "Bunga dan Tembok" menjadi satu dari sekian banyak karyanya yang dikenal masyarakat Indonesia, bahkan sampai saat ini.
Bagaimana isi puisi Wiji Thukul ini dan bagaimana maknanya?
Baca juga: Makna Puisi Dalam Diriku Karya Sapardi Djoko Damono
Dikutip dari buku Puisi untuk Reformasi: Grafiti di Tembok Istana (2014) oleh Kurnia Jr, berikut isi puisi "Bunga dan Tembok" karya Wiji Thukul:
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di Bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.