Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Upacara Puputan atau dhautan bagi masyarakat Jawa merupakan upacara yang dilakukan dalam rangkaian upacara kelahiran seorang anak.
Upacara ini dilaksanakan pada sore hari ketika tali pusar si bayi telah putus atau lepas (puput atau dhaut artinya lepas).
Waktu yang diperlukan untuk penyelenggaraan Puputan tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal itu bergantung kepada lama tidaknya tali pusar si bayi lepas dengan sendirinya.
Upacara ini diselenggarakan dengan mengadakan kenduri atau selamatan yang dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat.
Sesaji (makanan) yang disediakan dalam upacara Puputan, antara lain nasi gudangan yang terdiri dari nasi dengan lauk pauk, sayur mayur, dan parutan kelapa, bubur merah, bubur putih, dan jajanan pasar.
Baca juga: Mengenal Upacara Tedak Siten, Tradisi Masyarakat Jawa
Upacara Puputan biasanya ditandai dengan dipasangnya sawuran (bawang merah, dlingo bengle yang dimasukkan ke dalam ketupat), dan aneka macam duri kemarung di sudut-sudut kamar bayi.
Selain saluran dipasang juga daun nanas yang diberi warna hitam putih (bergaris-garis), daun apa-apa, awar-awar, girang, dan daun duri kemarung.
Di halaman rumah dipasang tumbak Sewu, yaitu sapu lidi yang didirikan dengan tegak. Di tempat tidur si bayi diletakkan benda-benda tajam seperti pisau dan gunting.
Rangkaian upacara Puputan didahului dengan upacara sepasar. Sepasar merupakan satu rangkaian hari Jawa yang berumur lima hari, yaitu pon, Wage, Kliwon, Legi, dan pahing.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.