Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sirkulasi Termohalin: Pengertian dan Proses Terjadinya

Kompas.com - 19/05/2022, 11:41 WIB
Silmi Nurul Utami

Penulis

KOMPAS.com – Arus laut bergerak secara global dalam sirkulasi, salah satunya sirkulasi termohalin. Sirkulasi termohalin yang melewati Indonesia umumnya berupa arus yang dipengaruhi oleh perbedaan kerapatan air laut (densitas). 

Pengertian sirkulasi termohalin

Air laut terus bergerak, di permukaan air laut terdorong oleh sirkulasi atmosfer. Namun, jauh di dalam permukaan laut yang dalam juga arus bergerak. 

Dilansir dari NOAA's National Ocean Service, arus laut dalam ini didorong oleh perbedaan kerapatan (densitas air, yang dikendalikan oleh suhu (termo) dan salinitas (halin).

Sehingga, arus dalam laut di bumi disebut dengan sirkulasi termohalin. 

Secara sederhana, sirkulasi termohalin adalah arus laut akibat densitas air yang dipengaruhi oleh suhu dan juga salinitas (kadar garam) air laut. 

Baca juga: Arus Laut: Definisi dan Faktornya

Sirkulasi termohalin lebih lambat dari arus permukaan, namun memiliki skala yang besar. 

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, sirkulasi termohalin mengalir dengan kecepatan 1 sentimeter per detik, meluas ke dasar laut dan membentuk pola sirkulasi yang menyelimuti lautan global. 

Proses terjadinya sirkulasi termohalin

Air laut tidak memiliki densitas (kerapatan) yang homogen. Kerapatan air laut berbeda-beda sesuai dengan salinitas (kadar garam) dan suhunya. 

Salinitas tinggi dengan suhu rendah membuat air laut memiliki densitas yang tinggi. Adapun, salinitas rendah dengan suhu tinggi membuat air laut memiliki densitas yang rendah. 

Baca juga: Arus Kuroshio: Arus yang Mengalir di Peraiaran Jepang

Densitas air Samudra Atlantik lebih tinggi

Di daerah kutub dan Samudra Atlantik, densitas air lebih tinggi. Hal ini dikarenakan suhu Atlantik yang lebih rendah dan menyebabkan pendinginan evaporatif. Air permukaan yang menguap meningkatkan salinitas air laut dan membuat densitasnya tinggi. 

Belum lain pembentukan es kutub. Pembentukan es kutub sebagian besar hanya membekukan air, sementara garam akan tertinggal. Hal ini membuat air Samudra Atlantik memiliki densitas yang tinggi. 

Densitas air Samudra Pasifik lebih rendah

Di daerah pasifik, radiasi sinar matahari lebih tinggi sehingga air lautnya lebih hangat dan mengambang. Suhu yang lebih tinggi terseut membuat air laut Samudra Pasifik memiliki densitas rendah. 

Belum lagi, di daerah Pasifik curah hujannya cenderung tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menurunkan salinitas air laut sehingga densitasnya juga lebih rendah daripada daerah Atlantik. 

Baca juga: Unsur Laut: Suhu, Warna, dan Kadar Garam

Sirkulasi termohalin terjadi

Dilansir dari Lumen Learning, di Samudra Hindai air densitas tinggi dari Atlantik ditarik oleh aliran air densitas rendah dari Pasifik Tropis. Air hangat dari Pasifik akan melewati Indonesia dalam sirkulasi termohalin. 

Hal tersebut menyebabkan pertukaran air secara vertikal. Di mana air laut dengan densitas tinggi tenggelam dan air laut dengan densitas rendah naik ke atas. 

Perbedaan densitas tersebut menciptakan pergerakan arus yang lambat dan disebut dengan sirkulasi termohalin. 

Walau pergerakannya lambat, sirkulasi termohalin menggerakkan kolom air di Samudra Arktik, Atlantik, Hindia, dan Pasifik, membentuk sabuk konveyor. Sehingga, sirkulasi termohalin juga sering disebut dengan sabuk konveyor global. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com