Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contoh Teks Drama tentang Covid-19

Kompas.com - Diperbarui 17/01/2022, 07:58 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Arum Sutrisni Putri

Tim Redaksi

TIGA LAKI-LAKI DATANG. MEREKA MEMAKAI BAJU AZIMAT. MEREKA LEPAS ALAT PELINDUNG DIRI MEREKA SATU PER SATU. SETELAH MENYISAKAN KAOS DAN CELANA PENDEK YANG MELEKAT DI BADAN, MEREKA DUDUK DENGAN KAKI DILURUSKAN, BERSELANJAR.

Asep: “Haduh Kang, kita kerja begini kapan kelar yak?”
Kodir: “Eleuh maneh Sep, Sep. Cari kerja di Jakarta teh susah. Maneh harusnya bersyukur, urang bisa kerja tiap hari. Dapat duit.”
Asep: “Ih Kang Kodir, iya iya Asep bersyukur dapat duit. Tapi kan gak gini juga Kang. Masa Asep juga kudu bersyukur karena tiap hari ada orang meninggal?”
Kodir: “Ya teu kitu pisan. Teuing lah. Gak tahu. Bingung juga aing.”

YANTO MENYODORKAN SATU BOTOL BESAR AIR PUTIH PADA ASEP DAN KODIR.

Yanto: “Udah-udah. Ini minum dulu biar adem. Kita jarang bisa istirahat siang. Habis ini paling mobil ambulans datang lagi. Istirahat saja, simpan tenaga.”
Asep: “Mas Yanto, maaf ya. Kemarin Asep gak masuk kerja. Seumur-umur jadi tukang gali kubur, baru kali ini Asep kecapekan. Sebelumnya mah, gali sampai malam juga gak masalah.”
Yanto: “Iya ndak apa-apa. Capek itu wajar. Saya juga capek, Kang Kodir juga capek. Tidak perlu memaksakan diri. Bisa-bisa kita yang gali kubur, kita juga yang masuk kubur itu.”
Kodir: “Mas Yanto ih. Jangan bilang gitu atuh. Ngeri pisan itu mah.”
Asep: “Hahaha Kang Kodir juga takut mati kan. Makanya kalau Asep gak masuk kerja jangan dimarahin.”
Kodir: “Aing maneh teh paling muda di dieu. Aing sama Mas Yanto udah hampir kepala lima. Masa tenaga yang muda begini kalah. Pemuda harusnya kuat. Maneh naon? Lemah!”
Asep: “Yeee… kalau Asep kerja banting tulang, capek tapi gak istirahat, terus meninggal siapa yang tanggung jawab. Orang-orang kalau tukang gali kuburnya meninggal kan enak, tinggal cari tukang yang baru. Lah kalau Asep meninggal, anak istri gimana? Hari ini aja, ini pundak hampir patah gara-gara peti mati tadi.”
Kodir: “Oh iya. Berat pisan. Yang dikubur deket pohon jeruk ya? Aduh itu yang berat petinya atau orangnya?”
Asep: “Orangnya paling itu. Mungkin kayak di tipi-tipi. Apa dah nama sinetronnya? Azab yak atau rahasia Ilahi? Itu karena banyak dosa jadi berat gitu petinya.”
Yanto: “Hus! Jangan sembarangan lah. Kita gak kenal orangnya kok main hakim. Memangnya kamu gak banyak dosa Sep?”
Asep: “Ya Asep juga ada dosa, Mas Yanto. Kan di tipi emang begitu.”
Yanto: “Menurut saya sih, ada satu peti yang paling berat. Peti yang tiap saya angkat, selalu bikin hidup jadi tambah sesak.”
Kodir: “Peti yang mana Mas Yanto?”
Yanto: “Peti yang ukurannya paling kecil.”

SEMUA DIAM. MEREKA BERTIGA MENENGADAH. LAMPU PANGGUNG MATI PELAN-PELAN.

 

Tiap hari, kamu membuka website, menonton video di Youtube maupun film di Netflix. Kamu mengakses internet. Tapi, apa sebenarnya internet dan sejak kapan ada?

Tahukah kamu gagasan soal internet sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1960-an? Bagaimana ceritanya? Temukan dalam komik Virion: Guru Avan.

Di komik itu, kamu akan belajar soal internet dari Guru Avan, seorang guru dari Madura. Bukan cuma soal teknologinya saja, kamu juga akan tahu soal kesenjangan digital. Apa itu? adakah hubungannya dengan internet lelet? Kamu bisa mengetahui di komiknya.

Mungkin kamu tidak puas dengan proses belajar saat Covid-19. Di akhir komik, kamu bisa memberi usulan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, supaya proses belajarmu di rumah lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com