Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Contoh Teks Drama tentang Covid-19

KOMPAS.com - Drama adalah karya sastra dengan dialog dan tata panggung.

Drama merupakan salah satu karya sastra yang menceritakan atau menuangkan ekspresi melalui dialog yang ditujukan untuk pementasan.

Pentas disajikan berdasarkan naskah drama. Dalam pentas sendiri, pemeran yang memainkan karakter dalam drama menampilkan percakapan atau dialog, gerakan, dan ekspresi.

Menurut Andri Wicaksono dalam Menulis Kreatif Sastra (2014), drama yang akan dihasilkan oleh seorang penulis dapat membangkitkan daya imaji pembaca.

Seolah-olah pembaca dapat menikmati drama tersebut seperti berada dalam kehidupan yang nyata atau memberi kesan yang menarik dan menyenangkan.

Contoh teks drama tentang Covid-19

Contoh 1:

Beli Masker

DUA PEREMPUAN SEDANG BERADA DALAM SATU KAMAR INDEKOS. IRA SEDANG BERSIAP UNTUK PERGI BELANJA KEBUTUHAN BULANAN, SEDANGKAN WIDYA MASIH MENGERJAKAN TUGAS KULIAH DARING.

Ira: “Aku mau belanja sayur, kamu kuliah sampai jam berapa?”
Widya: “Hari ini ada tiga mata kuliah, paling baru selesai sore. Kamu gak ada kelas daring?”
Ira: “Gak ada, tugas doang. Nanti habis ini aku kerjain. Kamu mau nitip-nitip gak?”
Widya: “Nitip masker dong. Yang warna putih. Beli satu pak ya. Bentar, ini uangnya. Kembaliannya buat beli cimol aja nanti kita makan berdua.”

IRA MEMBAWA TAS, MEMAKAI JAKET DAN MASKER, LALU KELUAR DARI PANGGUNG. SEMENTARA WIDYA TETAP DI PANGGUNG. LAMPU MATI.
LAMPU MENYALA, IRA DATANG.

Ira: “Assalammu'alaikum!”
Widya: “Walaikumsalam! Kok cepet?”
Ira: “Ya iya, kan cuma beli sayur di warung gang sebelah.”
Widya: “Lah ke situ doang sampai pakai baju ribet. Pakai jaket, pakai masker.”
Ira: “Widyaaa… ini kan lagi pandemi. Kita harus jaga-jaga dong. Meski cuma keluar rumah deket-deket aja, kita tetep kudu waspada.”
Widya: “Iya… iyaaa… Mana sini cimolnya aku pengen ngemil.”
Ira: “Sepanjang jalan gak nemu tukang cimol. Pedagang-pedagang kaki lima lainnya juga gak ada. Yang buka cuma toko kelontong, tukang sayur, sama supermarket.”
Widya: “Yaaah… aku pengen banget cimol. Ke mana sih tukang cimolnya. Gak pengen duit apa?”
Ira: “Mungkin dia lagi kesusahan. Sejak Covid-19 kan orang-orang diminta karantina di rumah. Sementara dia kehilangan pelanggan, mencari nafkah tambahan susah.”
Widya: “Duh iya ya. Kasihan Pak Cimol. Semoga dia dan keluarganya baik-baik aja. Kita juga karena Covid-19 jadi terpaksa di kosan terus. Gak bisa pulang kampung karena rawan jadi penyebar virus. Siapa sih yang gak susah karena virus? Gak ada!”
Ira: “Lah kok jadi ngegas gitu? Haduuuh. Ini maskermu!”

IRA MELEMPARKAN SEKOTAK MASKER PADA WIDYA. WIDYA MEMBOLAK-BALIK KOTAK ITU. KEMUDIAN MEMBUKA ISINYA.

Widya: “Ira!!! Ini kan masker bengkoang buat perawatan wajah. Yang aku maksud itu masker yang buat cegah virus. Yang buat nutupin hidung dan mulut! Yang biasa dipakai dokter-dokter gitu. Masa nanti aku keluar rumah pakai ini?”
Ira: “Yah gimana dong?”
Widya: “Balikin ke toko bisa gak ya?”
Ira: “Udah kamu buka begitu, ya gak bisa. Lagian kita kan udah punya banyak masker, Wid.”
Widya: “Itu kan masker kain. Bosen aku sama masker modelnya gitu-gitu aja. Pengen coba yang sekali pakai. Kalau yang biasa dipakai dokter pasti lebih nyaman daripada masker yang habis pakai-cuci-pakai-cuci.”
Ira: “Masker medis itu ya buat tenaga medis, atau orang yang sakit. Kita yang di rumah, cukup pakai masker kain. Selain hemat, kita juga bisa membantu tenaga medis dengan tidak menghabiskan ketersediaan masker. Bayangin kalau tenaga medis kekurangan masker, terus ternyata habis dibeli sama orang-orang, pas mau nangani pasien, malah mati duluan kena korona. Ngeri gak tuh?”
Widya: “Iya juga sih. Tapi masa pemerintah gak ngasih bantuan masker sih ke tenaga medis?”
Ira: “Ya kali nunggu pemerintah keburu mati duluan satu Indonesia.”
Widya: “Hus! Gak boleh gitu.”
Ira: “Daripada capek debat, mending kita maskeran bareng aja. Lumayan bisa perawatan selama karantina. Nanti kelar pandemi, kita glowing gitu.”
Widya: “Dasar! Bisa ae lu. Pasti ini sengaja belinya salah.”

IRA MENJULURKAN LIDAHNYA. MEREKA TERTAWA BERSAMA. LAMPU PANGGUNG MATI.

Contoh 2:

Peti Paling Berat

Yanto, Asep, dan Kodir adalah pengurus pemakaman jenazah di Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon. Semenjak Covid-19, beban kerja mereka semakin banyak. Setiap hari ada saja kuburan yang harus mereka gali.

TIGA LAKI-LAKI DATANG. MEREKA MEMAKAI BAJU AZIMAT. MEREKA LEPAS ALAT PELINDUNG DIRI MEREKA SATU PER SATU. SETELAH MENYISAKAN KAOS DAN CELANA PENDEK YANG MELEKAT DI BADAN, MEREKA DUDUK DENGAN KAKI DILURUSKAN, BERSELANJAR.

Asep: “Haduh Kang, kita kerja begini kapan kelar yak?”
Kodir: “Eleuh maneh Sep, Sep. Cari kerja di Jakarta teh susah. Maneh harusnya bersyukur, urang bisa kerja tiap hari. Dapat duit.”
Asep: “Ih Kang Kodir, iya iya Asep bersyukur dapat duit. Tapi kan gak gini juga Kang. Masa Asep juga kudu bersyukur karena tiap hari ada orang meninggal?”
Kodir: “Ya teu kitu pisan. Teuing lah. Gak tahu. Bingung juga aing.”

YANTO MENYODORKAN SATU BOTOL BESAR AIR PUTIH PADA ASEP DAN KODIR.

Yanto: “Udah-udah. Ini minum dulu biar adem. Kita jarang bisa istirahat siang. Habis ini paling mobil ambulans datang lagi. Istirahat saja, simpan tenaga.”
Asep: “Mas Yanto, maaf ya. Kemarin Asep gak masuk kerja. Seumur-umur jadi tukang gali kubur, baru kali ini Asep kecapekan. Sebelumnya mah, gali sampai malam juga gak masalah.”
Yanto: “Iya ndak apa-apa. Capek itu wajar. Saya juga capek, Kang Kodir juga capek. Tidak perlu memaksakan diri. Bisa-bisa kita yang gali kubur, kita juga yang masuk kubur itu.”
Kodir: “Mas Yanto ih. Jangan bilang gitu atuh. Ngeri pisan itu mah.”
Asep: “Hahaha Kang Kodir juga takut mati kan. Makanya kalau Asep gak masuk kerja jangan dimarahin.”
Kodir: “Aing maneh teh paling muda di dieu. Aing sama Mas Yanto udah hampir kepala lima. Masa tenaga yang muda begini kalah. Pemuda harusnya kuat. Maneh naon? Lemah!”
Asep: “Yeee… kalau Asep kerja banting tulang, capek tapi gak istirahat, terus meninggal siapa yang tanggung jawab. Orang-orang kalau tukang gali kuburnya meninggal kan enak, tinggal cari tukang yang baru. Lah kalau Asep meninggal, anak istri gimana? Hari ini aja, ini pundak hampir patah gara-gara peti mati tadi.”
Kodir: “Oh iya. Berat pisan. Yang dikubur deket pohon jeruk ya? Aduh itu yang berat petinya atau orangnya?”
Asep: “Orangnya paling itu. Mungkin kayak di tipi-tipi. Apa dah nama sinetronnya? Azab yak atau rahasia Ilahi? Itu karena banyak dosa jadi berat gitu petinya.”
Yanto: “Hus! Jangan sembarangan lah. Kita gak kenal orangnya kok main hakim. Memangnya kamu gak banyak dosa Sep?”
Asep: “Ya Asep juga ada dosa, Mas Yanto. Kan di tipi emang begitu.”
Yanto: “Menurut saya sih, ada satu peti yang paling berat. Peti yang tiap saya angkat, selalu bikin hidup jadi tambah sesak.”
Kodir: “Peti yang mana Mas Yanto?”
Yanto: “Peti yang ukurannya paling kecil.”

SEMUA DIAM. MEREKA BERTIGA MENENGADAH. LAMPU PANGGUNG MATI PELAN-PELAN.

 

Tiap hari, kamu membuka website, menonton video di Youtube maupun film di Netflix. Kamu mengakses internet. Tapi, apa sebenarnya internet dan sejak kapan ada?

Tahukah kamu gagasan soal internet sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1960-an? Bagaimana ceritanya? Temukan dalam komik Virion: Guru Avan.

Di komik itu, kamu akan belajar soal internet dari Guru Avan, seorang guru dari Madura. Bukan cuma soal teknologinya saja, kamu juga akan tahu soal kesenjangan digital. Apa itu? adakah hubungannya dengan internet lelet? Kamu bisa mengetahui di komiknya.

Mungkin kamu tidak puas dengan proses belajar saat Covid-19. Di akhir komik, kamu bisa memberi usulan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, supaya proses belajarmu di rumah lebih baik.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/18/200000369/contoh-teks-drama-tentang-covid-19

Terkini Lainnya

Siapa Itu Parikesit?

Siapa Itu Parikesit?

Skola
Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Skola
Mengenal Tokoh Rahwana

Mengenal Tokoh Rahwana

Skola
Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Skola
Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Skola
Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Skola
Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Skola
Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Skola
Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Skola
Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Skola
Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Skola
Hubungan Antargatra

Hubungan Antargatra

Skola
Peran dan Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

Peran dan Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

Skola
Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Skola
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus

Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke