Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Merkantilisme

Kompas.com - 11/11/2020, 09:00 WIB
Cahya Dicky Pratama,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.comPerdagangan internasional merupakan kajian yang begitu kompleks. Untuk memudahkan pemahaman terhadap kajian perdagangan internasional, kita bisa memulai dengan mempelajari teori-teori yang mendasarinya.

Teori yang pertama adalah teori merkantilisme. Teori merkantilisme merupakan teori ekonomi yang berkembang pada abad 15 sampai 18, dipelopori oleh kaum merkantilisme.

Kaum merkantilisme adalah sekelompok orang yang memiliki cita-cita atau ideologi kapitalis komersial. Kaum merkantilisme berpandangan bahwa politik kemakmuran suatu negara melebihi kemakmuran perseorangan.

Dilansir dari buku Perdagangan Internasional (2018) karya Wahono Diphayana, kaum merkantilisme menilai kesejahteraan dengan emas dan perak atau logam mulia.

Prinsip dasar merkantilisme menyebutkan bahwa kekayaan pemerintah diukur berdasarkan harta yang berupa emas atau perak.

Baca juga: Pasar Valuta Asing: Konsep dan Fungsinya

Suatu negara bisa menjadi kuat dan makmur jika negara tersebut menumpuk logam mulia.

Saat teori ini pertama kali muncul, logam mulia digunakan sebagai alat pembayaran. Pada saat itu, negara yang kaya, makmur, dan kuat adalah negara yang memiliki logam mulia banyak.

Pandangan teori ini

Dalam buku Langkah Awal Memahami Hukum Perdagangan Internasional (2019) karya Venatia Sri Hadirianti, dijelaskan bahwa menurut teori merkantilisme satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melindungi perekonomian negaranya dan melakukan ekspor lebih besar daripada impor.

Surplus ekspor yang dihasilkan berupa logam mulia, khususnya emas dan perak. Menurut teori ini, tujuan utama melakukan perdagangan internasional adalah untuk memperoleh tambahan logam mulia.

Baca juga: Faktor yang Memengaruhi Nilai Tukar

Semakin banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu negara, maka akan semakin kaya dan kuat negara tersebut. Sebab setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor.

Di sisi lain, emas dan logam mulia yang lain jumlahnya mulai terbatas. Oleh sebab itulah, negara mulai mencari keuntungan dengan mengorbankan negara lain. Inilah salah satu pemicu terjadinya imperialisme di Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com