Kemudian mereka digiring ke tempat yang tidak diketahui, dan dihabisi dengan pedang atau diberondong tembakan.
Penangkapan dan pembantaian ini diyakini hanya tuduhan yang diada-adakan Jepang untuk meredam pergerakan.
Surat kabar Pemerintah Balatentara Jepang, Borneo Sinbun memberitakan pembantaian ini pada 1 Juli 1944.
Halaman pertama membuat berita utama "Komplotan Besar yang Mendurhaka untuk Melawan Dai Nippon Sudah Dibongkar Sampai ke Akar-akarnya."
Berita di bawahnya berjudul, "Kepala-kepala Komplotan serta Lain-lainnya Ditembak Mati. Keamanan di Borneo Barat Tenang Kembali dengan Sempurna."
Tidak disebutkan di mana eksekusi dilakukan atau di mana jenazah dimakamkan.
Pembantaian terhadap rakyat Kalimantan Barat tak berhenti di situ. Dari 1941 hingga 1945, tercatat ribuan rakyat Kalimantan Barat dilenyapkan.
Yang paling menyedihkan, akibat pembantaian yang dilakukan Jepang, Kalimantan Barat kehilangan satu generasi terbaiknya.
Mereka adalah bangsawan, tokoh-tokoh politik, kaum terdidik dan terpelajar, dan hartawan dari lintas etnis dan agama.
Kiyotada Takahashi, Presiden Marutaka House Kogyo Co. Ltd yang pernag bertugas sebagai opsir balatentara Jepang di Kalimantan Barat menyebut jumlah korban mencapai angka 21.037.
Baca juga: Akibat Pendudukan Jepang di Bidang Sosial Budaya
Sementara Yamamoti, seorang kepala kempeitai atau polisi militer Jepang di Kalimantan Barat mengatakan jumlah korban mencapai 50.000 orang.
Pinggiran Kota Mandor, sebuah wilayah kecil yang berjarak sekitar 88 kilometer dari Kota Pontianak, belakangan diketahui sebagai salah satu tempat korban dikubur massal.
Sejak tahun 1973, ziarah rutin digelar Pemda Kalimantan Barat ke Mandor. Di sana dibangun monumen. Tanggal 28 Juni pun diperingati sebagai Hari Berkabung Kalimantan Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.