Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Siddharta Gautama, Pendiri dan Penyebar Agama Buddha

Kompas.com - 07/05/2020, 08:00 WIB
Ari Welianto

Penulis

Sumber Britannica

Penderitaan Siddharta ketika meninggalkan untuk hidup dan belajar bersama para pertapa Hindu, merupakan suatu petualangan spiritual yang menakjubkan.

Setelah enam tahun, konon beliau mendapatkan kenyataan bahwa bertapa dengan menyiksa diri maupun hidup terlalu berfoya-foya.

Bukanlah jawaban akan sesuatu hal yang mampu melampaui penderitaan dan karma.

Baca juga: Yayasan Sosial Umat Buddha Siapkan Peti Gratis untuk Jenazah Pasien Covid-19 di Kota Bekasi 

Pemikiran seperti itu dianggap menyimpang dari aliran Hindu pada masa itu. Sehingga ia pun mengembaran ke sebelah selatan India untuk mencari prinsip-prinsip spiritual yang dapat membentuk fondasi Buddhisme.

Pada akhirnya di bawah pohon Bodhi, ia memperoleh apa yang dicita-citakannya, yakni ajaran tentang sebab akibat penderitaan dan cara-cara mendapatkan kelepasan yang tersimpul dalam pandangan filosofis.

Pertapa Siddharta telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Sammasam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun.

Saat mencapai pencerahan sempurna, tubuh Siddharta memancar enam sinar Buddha dengan warna biru (nila) yang berarti bhakti, kuning (pita) yang berarti kebijaksanaan dan pengetahuan.

Warna merah (lohita) yang berarti kasih sayang dan belas kasih, putih (Avadata) mengandung arti suci, jingga (mangasta) berarti semangat, dan dan campuran sinar tersebut (prabhasvara).

Penyebaran ajaran Buddha

Buddha Gautama mendapat gelar setelah mencapai pencerahan sempurna, seperti Buddha Gautama, Sakyamuni, Tathagata (Ia Yang Telah Datang, Ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang Maha Tahu), Bhagava (Yang Agung).

Baca juga: Cegah Covid-19, Yayasan Tzu Chi Imbau Umat Buddha Ibadah dari Rumah

Setelah itu sang Buddha menyampaikan khotbah pertamanya di Taman Rusa, Isipatan, Sarnath kepada lima pertama yang dulu menjadi rekan saat bertapa menyiksa diri.

Selama 45 tahun, ia menyampaikan khotbahnya demi kebahagiaan umat manusia hingga memasuki Maha Pari-Nibbana di Kusinara pada usia 80 tahun.

Ia menyadari bahwa tiga bulan setelahnya akan mencapai Parinibbana atau Parinirvana yaitu meninggalkan bentuk fisik tubuhnya.

Isi khotbahnya adalah penjelasan mengenai Jalan Tengah yang ditemukannya, yaitu berupa Delapan Ruas Jalan Kemuliaan dan juga Empat Kebenaran Mulia yang menjadi pilar dari ajaran Buddha.

Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), Buddha adalah salah satu dari banyak julukan seorang guru yang tinggal di India utara sekitar abad ke-6 dan ke-4 sebelum era Bersama.

Para pengikutnya, yang dikenal sebagai umat Buddha, menyebarkan agama yang sekarang dikenal sebagai agama Buddha.

Gelar buddha digunakan oleh sejumlah kelompok agama di India kuno dan memiliki banyak makna.

Tetapi kemudian dikaitkan dengan sangat kuat dengan tradisi agama Buddha dan berarti makhluk yang tercerahkan, orang yang telah terbangun dari tidurnya ketidaktahuan dan mencapai kebebasan dari penderitaan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com