Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istilah Limbukan dalam Pewayangan Jawa

Kompas.com - 19/05/2024, 08:00 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Adegan limbukan adalah suatu adegan di dalam pergelaran wayang kulit sesudah adegan pertama (jejer sepisan).

Di mana pada adegan ini biasanya digunakan untuk inter mezo, didalamnya ditampilkan lawakan, lagu-lagu, biasanya Dalang akan mengutarakan maksud tujuan diadakanya pergelaran wayang, serta berbagai pesan dari beberapa pihak bisa disampaikan di sini dengan lugas.

Adegan limbukan mempunyai fungsi menghibur, di satu sisi sebagai ajang pengendoran syaraf, karena saat adegan jejer sepisan telah ditampilkan pembicaraan yang serius mengenai inti permasalahan lakon yang akan digelar semalam suntuk, sehingga adegan ini sangat membantu mencairkan suasana.

Cangik dan Limbuk, bukanlah ‘babu’ seperti yang banyak digambarkan orang. Mereka berdua, adalah ‘rewang’. Dalam bahasa Jawa, artinya ‘orang yang membantu’. Dalam pemahaman ini, mereka bukanlah ‘pembantu’ (babu). Rewang, artinya ‘penolong’.

Istilah ‘ngrewangi’, artinya membantu atau menolong. Maksudnya membantu atau menolong mendengar curhat sang junjungan, membantu memberikan saran, membantu menenangkan sang junjungan, membantu menyenangkan hati sang junjungan, membela junjungannya, dan membantu mencarikan jalan keluar jika ada masalah.

Baca juga: Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Dalam budaya tradisional Jawa, seorang ‘rewang’ akan tinggal bersama, jika perlu tidur dan menjaga di kamar sang puteri, makan menu dan makanan yang sama dengan junjungannya.

Mereka seringkali juga merawat dan membesarkan anak-anak dari keluarga yang diikutinya. Mereka bukanlah ‘orang belakang’, tetapi lebih tepat disebut sebagai ‘orang dalam’.

Dalam kehidupan nyata, mereka seringkali diberi kepercayaan yang sangat luar biasa, yang berhubungan dengan harta, kekayaan, rahasia, rumah tinggal, dan anak-anak. Karena itu, mereka berdua, bukanlah ‘parekan’ (dayang-dayang). Jika di jaman sekarang, mungkin mereka berdua itu lebih tepat disebut ‘asisten pribadi’.

Dalam pagelaran wayang purwa, kemunculan dua tokoh emban ini selalu ditunggu oleh para pemirsa. Bukan karena pesona kecantikan atau kesaktiannya, melainkan kejenakaannya.

Dua tokoh emban kerajaan ini menjadi daya tarik tersendiri setelah pemirsa disuguhi materi tontonan yang agak serius.

Adegan Limbukan biasanya dilakukan setelah jejeran pertama Gapuran kemudian Sang Raja masuk ke dalam kedhaton. Pada adegan ini emban mengiringi sang raja dan permaisuri dalam jamuan makan.

Tidak seperti tokoh jenaka punakawan, yaitu Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang mempunyai latar belakang dan silsilah yang jelas.

Untuk Limbuk dan Cangik tidak ada kejelasan mengenai silsilah kedua tokoh ini. Postur tubuh antara Limbuk dan Cangik digambarkan sangat bertolak belakang.

Mengenal tokoh Limbuk dan Cangik

Limbuk berbadan gemuk, nyaris bundar sedangkan Cangik kerempeng bak sebatang lidi. Limbuk berpenampilan genit, suka berhias dan setiap kali dimainkan tentu dalam adegan minta untuk dicarikan jodoh. Nada suara limbuk seperti laki-laki dengan vokal bariton.

Mengapa Limbuk digambarkan bertubuh gemuk dan Cangik bertubuh kurus?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com