Atas kebolehannya bernegosiasi pula, Walanda sukses memperjuangkan hak pilih perempuan dalam Badan Perwakilan Minahasa (Volksraad atau Minahasa Raad) tahun 1921.
Walanda diizinkan untuk menyekolahkan dua putrinya, Wilhelmina Frederika dan Anna Pawlona, ke sekolah pendidikan guru di Batavia.
Setamat di sekolah itu, Wilhelmina dan Anna kembali ke Manado mengajar di Hollandsch-Chinescheschool, sekolah yang didirikan Belanda untuk anak-anak keturunan China.
Sayangnya, pada 22 April 1924, Maria tutup usia.
Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan
Ia dianugerahi gelar Pahlawan Indonesia pada 20 Mei 1969 berdasarkan SK Presiden No 012/TK/1969.
Untuk mengenang jasanya, Pemda Minahasa membangun Monumen Maria Walanda Maramis di Desa Maumbi.
Selain itu, setiap tanggal 1 Desember, rakyat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis.
(Sumber: Kompas.com/Aswin Rizal Harahap, Aris Prasetyo, Jean Rizal Layuck | Editor: Eko Hendrawan Sofyan)
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan