Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari ini dalam Sejarah: Belanda Serahkan Indonesia ke Jepang

Kompas.com - 08/03/2020, 11:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Sumber

Namun utusan Belanda ini ditolak mentah-mentah Panglima Imamura. Dia hanya mau berbicara dengan Panglima Tentara Belanda atau Gubenur Jenderal.

Perundingan singkat

Pertemuan yang semula direncanakan di Jalan Cagak Subang, akhirnya berlangsung di rumah dinas seorang perwira staf Sekolah Penerbang Hindia Belanda di Lanud Kalijati pada 8 Maret 1942.

 Baca juga: Kedatangan Jepang di Indonesia, Mengapa Disambut Gembira?

Rumah itu kini menjadi Museum Rumah Sejarah yang lokasinya berada di Komplek Garuda E-25 Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang Jawa Barat.

Transkrip perundingan Kalijati dimuat oleh Harian Asia Raya dengan judul "Peristiwa Akhir Sedjarah Pemerintah Belanda di Indonesia" pada 9 Maret 1943. 

Imamura: Apakah tuan sanggup membicarakan di sini tentang menyerah atau meneruskan perang?
Tjarda: Itu tidak bisa.
Imamura: Apa sebabnya?
Tjarda: Bahwa kami sebagai Gubernur Jenderal di Hindia Belanda, sampai pada akhir ini mempunyai hak memimpin balatentara. Tapi baru-baru ini hak tertinggi ini dijabat kembali oleh Wilhelmina.
Ter Poorten: Saya pun tidak mempunyai hak sedemikian.

Imamura: Jika demikian, tuan-tuan datang kemari untuk apa? Apa sebabnya memajukan penghentian perang pada tanggal 7 kemarin dengan memakai utusan militer?
Tjarda: Kami memajukan penghentian perang karena kita tak tahan hati bahwa kota Bandung akan mengalami bencana yang lebih hebat daripada ini dan hendak membuka pintu Bandung untuk Balatentara Nippon.

Imamura: Kalau begitu, balatentara (Belanda) menyerah seluruhnya saja.
Tjarda: Saya tidak berhak. Hanya Wilhelmina yang mempunyai kuasa. Dan untuk mengadakan perhubungan dengan Wilhelmina tidak mungkin.

Baca juga: Kegiatan Budi Utomo: Organisasi yang Mengancam Belanda

Pihak Belanda terus mengelak dan berdalih tak berkuasa. 

Imamura gusar dengan jawaban yang berputar-putar. Ia menegaskan hanya meminta penyerahan diri Belanda atau melanjutkan perang.

Imamura: Apakah Tuan men­jerah tanpa syarat?
Ter Poorten: Saya hanya dapat menyampaikan kapitulasi Bandung.
Imamura: Jika maksud Tuan hanya hendak menyerahkan Bandung dan tidak mau menyerah, sebagaimana yang tuan pertahankan, tak berguna lagi untuk meneruskan pembicaraan ini. Berarti tuan memilih melanjutkan perang.
Ter Poorten: Suatu hal yang nyata bagi kami ialah bahwa tentara Belanda sudah terang dan nyata tiada dapat melawan Nippon.

Pengakuan Ter Poorten membuat Tjarda marah. Tjarda tak mau menyerah. Ia menginginkan perang diteruskan lewat gerilya dengan pangkalan di daerah Bandung selatan.

Namun perundingan di Kalijati itu tak berlangsung lama. Saat itu juga, Ter Poorten dan Tjarda secara resmi menandatangi dokumen kapitulasi atau penyerahan tanpa syarat Hindia Belanda kepada Jepang.

Imamura memberi waktu kepada Belanda untuk menyerahkan senjata dan mengentikan perang. Ia meminta penyerahan diri Belanda diumumkan lewat radio.

Keesokan harinya, 9 Maret 1942, setelah radio mengumumkan penyerahan diri Belanda pukul 10.00 Ter Poorten menghadap Imamura. Ia datang tanpa Tjarda.

Baca juga: Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia

Ter Poorten: Tadi pagi disiarkan dengan perantara radio bahwa kami menyerah sebagai panglima tertinggi Hindia Belanda. Akan tetapi kurang terang pula, apakah siaran ini sampai pada tentara Hindia Belanda seluruhnya.
Imamura: Cukuplah jika Tuan bersumpah menyerah sebagai panglima tertinggi. Kami mengakui kesengsaraan tuan. Kami sangat iba hati, sebagai Panglima Tertinggi Balatentara Dai Nippon.

Keduanya lalu digiring masuk ke kamp tahanan sebagai tawanan perang.

Tjarda awalnya ditahan di sebuah rumah di Bandung. Ia kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin.

Pada 2 Januari 1943, bersama tawanan internasional lainnya, Tjarda dibawa ke Formosa (Taiwan).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com