Tak segan dirinya menumpang pesawat terbang milik industrialis Patnaik yang saat itu menjadi blockade runner, untuk menembus blokade yang dipasang Belanda.
Baca juga: Sejarah Penetapan UUD 1945
Sekembalinya dari India ke Bukittinggi, kemudian ke Yogyakarta, ketertarikan Sulianti untuk berpolitik muncul.
Mentor dalam pendidikan politik adalah Soebadio Sastrosatomo, anggota Badan Pakerka KNIP, kemudian Ketua Fraksi Partai Sosialis Indonesia (PSI) dalam parlemen hasil Pemilu 1955.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sulianti memfokuskan diri pada dunia kedokteran.
Dirinya bekerja di Kementerian Kesehatan berturut-turut dari 1951-1961.Dengan menjabat sebagai:
Pada 1967, Sulianti diangkat menjadi Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) merangkap Ketua Lembaga Riset Kesehatan Nasional.
Tahun 1975, Sulianti berhenti sebagai Dirjen P4M dan menjadi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Setelah pensiun pada 31 Desember 1978 menjadi staf ahli Menteri Kesehatan.
Kecerdasan dan kecakapannya membuat Sulianti mendapatkan beasiswa UNICEF untuk memperdalam pengetahuan di bidang Kesehatan Masyarakat dan Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) di Inggris, Skandinavia, Amerika Serikat dan Malaysia.
Baca juga: Biografi Dokter Sutomo: Pendiri Budi Utomo dan Kisah Cinta Beda Agama
Dirinya mendapat izin Administrasi Kesehatan Rakyat dari Universitas London.
Sekembalinya dari luar negeri, Sul membawa banyak gagasan mengenai kesehatan ibu dan anak. Terutama untuk pengendalian angka kelahiran melalui pendidikan seks dan gerakan Keluarga Berencana (KB).
Dalam buku People, Population, and Policy in Indonesia (2004) karya H Hull, Sulianti meminta pemerintah untuk membuat keputusan yang mendukung penggunaan kontrasepsi demi kesehatan masyarakat.
Namun hal tersebt membuat geram beberapa tokoh, termasuk Muhammad Hatta yang saat itu sebagai Wakil Presiden.
Meski gagasan ekonominya maju, diskusi mengenai hal tersebut dianggap kurang tepat dan kurang wajar jika digunakan dalam komunikasi massa.
Bung Hatta meminta Sul tidak lagi mendiskusikan hal tersebut. Bahkan dirinya juga mendapat peringatan dari Menteri Kesehatan yang mendapat teguran dar Presiden Sukarno.