KOMPAS.com - Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berlangsung setelah Perang Dunia II.
Perang itu berlangsung hingga Uni Soviet bubar di akhir 1980-an.
Selama puluhan tahun, persaingan ideologi antara kedua negara membawa dampak yang besar bagi dunia.
Ada dampak buruk, namun ada juga dampak positif.
Apa saja dampak Perang Dingin bagi Indonesia? Berikut seperti dirangkum dari pemberitaan Kompas.com:
Baca juga: Perang Dingin: Faktor, Persaingan, dan Dampaknya
Di Indonesia, AS berusaha menghalau ideologi komunisme yang disebarkan Uni Soviet. Berbagai cara dilakukan AS lewat badan intelijennya, CIA.
Salah satunya pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Soekarno yakni Pemberontakan PRRI/Permestta.
Dikutip dari Kegagalan Politik Luar Negeri Amerika Serikat di Vietnam (2015), AS termakan hasutan Belanda.
Keterlibatan AS dalam Pemberontakan PRRI/Permesta terbukti dengan tertangkapnya Allan Pope, penerbang AS yang jatuh setelah pesawatnya ditembak di Ambon pada 1958.
Tak hanya pengaruh AS, pengaruh Uni Soviet juga mendorong pemberontakan. Tokoh komunis Indonesia, Musso, menggerakkan Pemberontakan di Madiun pada 1948.
Baca juga: Seputar G30S/ PKI (2): Apa Sih Bedanya PKI, Sosialisme, Komunisme, Marxisme, dan Leninisme?
Musso bercita-cita memjadikan Indonesia republik Soviet.
Sebagai negara yang belum lama merdeka, Indonesia kesulitan membangun dan mensejahterakan rakyatnya.
Namun berkat Perang Dingin, bantuan untuk Indonesia mengucur baik dari Amerika Serikat maupun Uni Soviet.
Uni Soviet memberikan pinjaman lunak senilai 12,5 juta dollar AS. Soviet juga mengirimkan insinyur dan teknisinyna untuk merancang Stadion Utama Gelora Bung Karno.