Cuaca ekstrem juga disebab kan fenomena Osilasi Madden-Julian (OMJ), yaitu fenomena alam yang secara ilmiah mampu meningkatkan suplai massa udara basah yang mampu menyebabkan tingginya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Baca juga: Perhatikan Ini Saat Sumbang Makanan bagi Korban Banjir...
3. Kondisi topografis
Faktor lain penyebab banjir adalah kondisi topografis wilayah atau kemiringan lereng.
Semakin curam suatu lereng, kecepatan aliran akan semakin cepat dan akan meningkatkan daya rusak saat terjadi banjir bandang.
Kondisi topografis yang didominasi kecuraman lereng akan berakibat terbentuknya bendung alami.
Bendung alami terjadi karena adanya longsoran pada celah sempit di antara dua bukit yang menghambat aliran air sehingga air tertahan sampai pada batas volume tertentu.
Saat bendung alami tidak kuat lagi menahan volume air yang ada, maka air akan dilepaskan dengna membawa material ayng dilewatinya seperti tanah, pepohonan dan bebatuan.
Baca juga: Banjir di Jakarta, Ini Resep Ramuan untuk Cegah Hipotermia
Berdasarkan data BNPB, jumlah bencana banjir pada 2019 mengalami penurunan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berikut ini data frekuensi jumlah banjir di Indonesia dalam lima tahun terakhir dikutip dari BNPB:
Baca juga: Kemendikbud Pastikan Beri Bantuan Seragam Sekolah untuk Siswa Korban Banjir
Menurut analisis Aqueduct Global Flood Analyzer, Indonesia adalah negara dengan jumlah populasi terdampak bencana banjir terbesar ke-6 di dunia yaitu sekitar 640.000 orang tiap tahunnya.
Dikutip dari Indonesia Baik, berdasarkan data BNPB terdapat lima provinsi di Indonesia dengan jumlah paparan risiko bencana banjir tertinggi.
Berikut ini lima provinsi dengan risiko bencana banjir tertinggi:
1. Jawa Timur
Paparan risiko bencana banjir di Jawa Timur sebagai berikut:
Baca juga: Ketua MPR Minta Pusat dan Daerah Tak Saling Salahkan soal Banjir
2. Jawa Barat